Senin, 16 Maret 2015

BAND READY STEAD dari ranah minang unjuk aksi di MB9 Jawa Barat


Bandung-FBI.
Personil Steady Ready Landing Di CGK
Ready Steady, Sebuah grup band yang dilahirkan oleh asli putra ranah minang. Groub ini sudah cukup punya nama di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat, kali ini Ready Steady di Undang untuk Perform di -Cimahi  Provinsi Jabar(Jawa Barat). "kami akan perform semaksimal mungkin, dan bersenang senang dalam perform atas pagung urang pasundan"kata M.Thofa Fadroki, panggilan akrab Oky sebagai leader dan bassist, dan merangkap sebagai vokalis, sebelum tampil di lapangan Disjas Baros,Cimahi, bandung,Jabar Minggu(15/3)besok.

Kehadiran groub ban Ready steady Band di-Kota  pasundan atas undangan dari Whitecatliar dan Tim mari Berdanska ke-9, dalam event spektakuler "MARI BERDANSKA JAMAICA SOUND FESTIVAL" dalam event 'MB9'.  Ajang beegengsi ini tak luput dari dukungan dan supporrivitas dari keluarga dan ranah miang "kali ini kami sangat bersemngat sekali dan scene kota padang sangat mensupport kami dan keluarga tercinta my mom and my sister di Kota Lubuk sikaping dan juga my daddy di Pekanbaru" jelasnya riang

Event bergengsi MB9 kali ini Ready Steady membawakan 4 lagu, dengan Lagu andalan" it'd Time do Rocksteady.. Ready Steady merupakan Band yang di dirikan sejumlah anak-anak muda, yang rata-rata masih tercatat sebagai Mahasiswa di sejumlah Perguruan Tinggi di-Kota Padang, dalam kiprahnya di blantika musik Lokal Sumatera Barat.

Oky menambahkan  personil Ready Steady berasal dari belbagai daerah kabupaten kota di Sumatera Barat alias asli anak putra daerah, "ada yang dari Kabupaten Sijunjung, Pasaman, Padang, dan juga Solok" tuturnya kembali.

Keberadaan Band ini, sudah cukup di kenal di kalangan anak muda Sumatra Barat, khususnya bergelut di dunia blantika musik, "Halla kawan-kawan yang ada di Kota Padang, Bukttinggi, PayaKumbuh, maupun para pencinta musik di Lubuk Sikaping dan lain sebagainya". Alhamdulillah kami selalu mengikuti alur blantika musik di ranah minang, semoga kesempatan emas ini, kami sukses dan jaya dalam event spektakuler MB9 kali ini. Harap kami semoga bisa berjumpa lagi di MB10 tahun depan" pungkas Oky dan rekannya berharap. FRA

Rabu, 11 Maret 2015

Ashelfine, Merangkai Konsep JES dengan Konsep Bung Hatta “(Untuk Ekonomi Nagari)

(Pepen memakai baju putih kopia hitam)

“Saya kira, banyak sekali gagasan ekonomi Bung Hatta yang sangat relevan sekarang. Itu sangat penting diulas,”Pepen

PEPEN - Selama ini, karya-karya pemikir ekonomi dari luar, seperti Adam Smith, David Ricardo, John Maynard Keynes, John Kenneth Galbraith, dan lain-lain, cukup akrab di telinga kita. Namun, karya-arya pemikir ekonomi bangsa sendiri kurang terulas. Padahal, banyak pemikiran ekonom bangsa sendiri itu justru relevan untuk konteks Indonesia. Apalagi Kabupaten Sijunjung yang memiliki delapan nagari yang mempunyai masing – masing kekayaan alam dan ciri khas dalam peningkatan ekonomi.

Menurut Pepen, di tengah berkecamuknya krisis ekonomi dunia, pemikiran Bung Hatta justru menemukan relevansinya. “Saya kira, banyak sekali gagasan ekonomi Bung Hatta yang sangat relevan sekarang. Itu sangat penting diulas,” sambut Pepen Acara itu berlangsungdi nagari Padang Laweh, pada hari Selasa kepada awak media Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Nagari(10/3).

Hal itulah yang mendasari Percik salah seorang yang sekarang menjadi buah bibir masyarakat dan juga sebagai calon Bupati Kab. Sijunjung, seorang tokoh muda Ashlefine yang akrab dengan panggilan Pepen,  untuk menggelar silaturrahimbersama tokoh adat dan masyarakat Padang Laweh dengan tema Akrab, Bersahabat dan Sepakat untuk meninggkatkan ekomoni nagari dengan Jaringan Ekonomi Sijunjung (JES) “Dengan konsep JES saya membicarakan dengan bapak-bapak sebagai tokoh adat dan masyarakat, sebab beberapa Fasal Ekonomi” karya Bung Hatta selalu saya terapkan, apalagi beliau bapak ekonom Indonesia ini bersala dari ranah Minangkabau, tentu lebih mafhum ekonomi di ranah minang dan sesuai dengan adat dan budaya urang awak” jelasnya

Pembicaraan demi membicarakan seputar ekonomi dan bagaimana permasalahan di masyarakat, terkhususnya nagari Padang laweh sangat antusian mendengarkan untuk mendapatkan solusi dan penerangan kala konsep JES ini mereka ketahui. Menurut Pepen JES sangat cocok dalam peningkatan ekonomi di nagari padang laweh. Pasalnya Padang Laweh telah mempunyai karya dalam sub peningkatan ekonomi yaitu dengan product lapiek pandan yang sekrang masyarakat Sijunjung telah mimilikinya, pepen menjelaskan pada product lapiek pandan tersebut supaya memiliki keseriusan untuk memperluaskan dalam area pemasarannya, dan memperkuat jaringan dengan tujuan nilai atau hasil karya anak nagari Padang Laweh, alhasil product tersebut mendapatkan tempat dan nilai yang berharga dikanca nasional, dengan asas menggunakan konsep JES.

”Lapiek pandan telah mendapingi usaha saya dalam kuliner khususnya resto dipekanbaru, orang yang datang ke resto saya, bertanya lapiek pandan yang menjadi interior resto ini bisa membuming ke kanca nasional pak, apalagi harganya sangat miring sekali. Itu yang mereka sampaikan kepada saya sambil minunm kopi” jelas pepen ditengah tokoh masyarakat Padang Laweh.

Pepen pun mengupas lima ciri pemikiran konsep Jaringan Ekonomi Sijunjung. Pertama, menjamin kemakmuran bersama. Hal ini, kata dia, karena dengan JES mengusung bentuk organisasi produksi yang bersifat kolektif. “Bung Hatta selalu menekankan pentingnya membangun usaha bersama,” tuturnya.
Kedua, adanya pengawinan terhadap demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Pepen mengurai kesimpulan ini di kombinasikan dari konsep Bung Hatta mengenai demokrasi asli Indonesia, yang menggabungkan antara pemenuhan hak-hak politik, seperti rapat/pengambilan keputusan secara kolektif dan kepemilikan alat produksi secara kolektif.

Ketiga, sosialisme koperatif. Maksudnya, kata Pepen, koperasi dirancang bukan hanya untuk menyatukan usaha kecil-kecil, tetapi juga bisa dipraktekkan dalam perekonomian di nagari nagari. “Tentu saja, ketika perekonomian di nagari sudah berbentuk usaha bersama, kita sudah siap bertransisi menuju sosialisme,”tegasnya.

Keempat, adanya peran pemerintahan nagari yang kuat. Menurut Pepen, konsep JES akan berperan di nagari nagari , maka nagari yang kuat akan tercermin pada konsep “politik perekonomian”. Itulah yang disebut Politik perekonomian, untuk cita-cita mendatangkan kemakmuran.

Kelima, adanya semangat percaya pada kekuatan sendiri (Self Help). Dengan melalui koperasi, ujar Pepen, ia  berharap agar menemukan menemukan kepercayaan diri dan dan bisa menggunakan kemampuannya untuk membangun ekonomi. “Percaya pada diri sendiri itu penting, untuk memerangi penyakit yang selalu merasa rendah diri dan merasa tidak mampu di hadapan masyarakat lain, toh kita mempunyai kelebihan dari yang lain” tegasnya.

Dalam agenda ini, Pepen mengadvokasi konsep Bung Hatta dengan Konsep JES tentang koperasi sebagai senjata melawan eksploitasi kapitalisme, termasuk korporasi global. Caranya, kata dia, dengan menyatukan ekonomi rakyat yang kecil-kecil ke dalam koperasi. jika kekuatan ekonomi kecil-kecil ini disatukan, maka yang kecil bisa mengimbangi kekuatan modal besar, “Terbantu dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat atas aktivitas ekonomi merupakan tujuan utama perekonomian,sedangkan keuntungan dari aktivitas ekonomi merupakan bonus dari perekonomian” pungkasnya dengan berpilosofi Bung Hatta.

Minggu, 08 Maret 2015

SEBUAH KABAR PERISA dari LEMBAH*



 
Ditulis OLeh : FRA atau dengan nama palsu Fadhlur RahmanAhsa, lahir pada 8 November 1986, di Palangki. Sekarang bergiat dan penggerak Komunitas Sahabat Pituluik,  Dewan Rumpun Sastrawan Lansek Manih, dan Juga menjadi Anggota  Forum Aisiteru Menululis Indonesia (FAM Indonesia) Periode 2014.



Sebuah kabar nan bertebaran dari lembah tentang gering waktu yang tak memenggal kelalaian menjadi keseriusan, malah buah bibir untuk disesali. Maka saling berkabarlah anak manusia mengenai kabar gerang dan kehilangan asa. Berita yang menggemparkan dinegeri kami menjadi-jadi, lahir, hadir, mati dan hilang adalah bilangan genap yang tanpa pilihan. Dia bukan sesuatu yang ganjil. Bilangan itu saling menggenapkan.
Merecup dan menajuk tetang asmara kehidupan, begitupula ihwal kematian. Dia memeberikan ruang tanpa ganjilnya pada generasi perunduk untuk menjadi tunduk. Disitulah terjadinya persalianan peran diatas panggung yang selama ini mereka kuasai. Tak ada penyegaran tentang pengakuan  mengenal Haq dan bathil, dan timbulnya penumpukan opini, gila memang sesaat, tapi sakitnya berulang ulang.
Fase-fase kesesatan menjadi suksesi ganti-mengganti, namun pengakuan sosial hanya sebatas hina dina. Keberanian moral terbungkam pada kesesatan kekuasaan semata, segala hamun dilemparkan begitu saja kepada perisa kumuh tak berarti. Sesungguhnya kita tak siap duduk dibelakang panggung, saban hari, pengusa diatas panggung hanya alat untuk mengukur panjang pendeknya jalan, tak mengira jalan itu bergelombang atau serakan kerikil bak kabar petakut yang selalu jadi ancaman para pejalan ditengah jalan.
Begitulah kisah demi kisah yang melanda sumur mata air rakyat jelata, selalu memlilit tiap akar rumput yang hidup dilingkaran suur mata air itu, jangan sampai sumur yang ada kering kerontang oleh kepalsuan semata. Dari sini timbul derivasi tindakan manusia: sejujurnya  di negeri bertuah ini tak ada tempat bersandar, dan peluang untuk orang yang baik. Kaidah birokrasi menganggkat delema kehidupan bertele-tele, yang ujung ujungnya mengemis kembali. Tambah dari ihwal lembaga-lembaga yang kononnya, penjaga dan pengawal nilai-nilai leluhur sebagai penjaga adat  nan kawi dari tiang negeri, tak sedikit anggapan menjadi pilunya alkisah dan raut semberaut negeri ini ketika untuk memilih.
Merujuklah pada masa semua anak orang untuk memilih, tak satupun bersua nak mejalin kasih, malah saling sakit menyakiti. Dendam birahi menjajaki, macam tak akan jumpa lagi. Musim ini hanya segmentasi belaka, bukan tolak ukur bagaimana susunan rumah tangga menjadi tempat untuk pertumbuh dalam kurun amat sangat singkat dan singkat. Namun kita tidak bisa kabur, lari dan menghilang beitu saja, sewaktu rumah itu akan disusun ditata lagi.
Disini, pada detik ini , dan di tempat ini,  semua orang menumpahkan watak dasar walau kasar, semua yang ada, menjelma bagai riang gembira, dari kasat mata rumah itu tidak berpenghuni, malah kita masih bersigau hendak mentabalkan diri selaku pewaris tunggal negeri ini. Walhasil kerja serabutan harga diri tak bisa kembali “moral” dan “kesejahteran” hanya untuk mereka pribadi. Rumah mana yang kita tempati?  itulah parameter kenapa ? karena kita tak pernah belajar untuk kalah, untuk mengalah selangkah mungkin saja. Disinilah, diwaktu ini pula rumah itu bisa kita benahi dengan kunci gontoroyong atau asa kebersamaan dengan melilit pada adat nan kawi. 

Senin, 02 Maret 2015

Ashelfine : Dukungan Ikatan Perantau Sijunjung Se- Indonesia untuk memimpin Sijunjung BA 1 K.


Foto Fadhlur Rahman Ahsas.
Ashelfine Ditengah Tokoh Tokoh Perantau
“Ikatan Keluarga Sijunjung Se-Indonesia memberikan dukungan untuk perantau yang akan mengabdi bagi tanah kehaliran, dan waktunya pula perantau ikut serta dalam pembangunan nagari kabupaten Sijunjung, dengan jiwa kepemimpinan yang masih muda, insyallah rasa prihatin perantau dan masyarakat Sijunjung akan terobati." Ahmad Zulkani bersama Tim 7.

Cita-cita anak nagari kabupaten Sijunjung di perantauan khususnya Provinsi Riau, menginginkan daerahnya lebih maju dan sejahtera hingga saat ini masih belum dirasakan dan dinikmati secara maksimal oleh masyarakat luas dan hal inilah yang harus terus menjadi spirit bagi pemimpin yang terpilih untuk lima tahun ke depan. Harapan dan cita-cita untuk menikmati hidup yang lebih maju dan sejahtera ini sudah sangat dekat untuk dapat diraih. Minggu 1/3/2015 lalu, bertempat di CafĂ© and Resto Coffee Tjiek, tokoh-toko Keluarga Sijunjung Sakato berkumpul dan meremukkan cita-cita melangkah satu, tekad satu, dan bersama-sama untuk mendukung Ketua umum Ikatan Keluarga Sijunjung Sakato Ashelfine, SH MH yang akrab dipanggil Pepen memimpin Sijunjung mendatang. “Kami bersama-sama mendahulukan Pepen selangkah, meninggikan seranting dan sudah lama terasa bagi kami diperantauan untuk mengabdi bagi tanah darah kelahiran kami, berperan aktif untuk sebuah pertumbuhan” terang bendahara IKSS Provinsi Riau Buya Bagindo.

Karena itu, perhelatan Pilkada sekarang ini, harus bisa menjadi sarana muhasabah (refleksi) bersama agar tidak sekedar menjadi media memperebutkan jabatan/kekuasaan semata, tapi berfikir bagaimana agar ini ke-depan lebih maju, bertumbuh dan bisa memberi kesejahteraan pada masyarakatnya. Bupati dan Wakil Bupati terpilih nanti, mau tidak mau, harus bekerja cerdas, keras dan ikhlas agar membangun ranah lansek manih pertumbuh maju dan sejahtera. Kemiskinan ditekan, pengangguran diatasi, perekonomian meningkat, infrastrktur jalan dan jembatan serta pasar-pasar tradisional harus dibenahi dan sumber daya manusia terus berkembang di samping juga kesehatan dan keamanan masyarakat ditingkatkan.

Melihat dan merasakan bahwa kabupaten Sijunjung berapa dekade ini, sangat memilukan bukan malah semakin lama semakin dewasa. Realitanya, parameter tersebut telah didahului oleh kabupaten pemekaran, dulunya kabupaten tetangga tersebut masih satu rumpun dalam pemerintahan kabupaten Sijunjung. Namun, sejogyanya perjalanan ini, adalah menjadi bahan pertimbangan atau sarana untuk pembelajaran bagaimana memilih pemimpin dan memimpin Sijunjung semakin waktu semakin bertumbuh. “Dengan merasakan dan melihat itu kami bertanya-tanya tentang tanah kelahiran kami ranah lansek manih, yah, semakin tahun semakin memilukan, bak kabar petakut dari tahun ke tahun. Mungkin palsafah orang tua kita benar, “sayang anak di lacuikan, sayang kampuang ditinggakan” artinya rasa sayang dan peduli akan muncul ketika seorang meninggalkan kampung halaman, yang bisa melihat diri kita bukan dirikita sendiri tapi orang lain, yang merasakan maju mundurnya pertumbuhan nagari kabupaten Sijunjung, bukan yang berada di kampung halaman, sebaliknya orang yang meninggalkan kampung halaman yang lebih merasakan kepedulian tersebut” jelas Buya.

Sementara itu, waktu yang bersamaan bertempat di Coffee Tjiek tersebut, Ikatan Keluarga Sijunjung Sakato Provinsi Riau disela-sela acara, Pepen sekaligus menobatkan atau mensyahkan Ikatan Keluarga Kecamatan Sumpur Kudus (IKKS) bagian dari IKSS yang berkeanggotakan lebih kurang 300 orang di Provinsi Riau, bersama dengan agenda pertemuan tersebut, yang dihadiri oleh Anggota Dewan Kehormatan Ikatan Keluarga Minang Batam Ahmad zulkani, sekarang menjabat sebagai pimpinan umum Harian Berita Terkini dan mantan Pimpinan Umum Haluan, yang berasal dari kenagarian Unggan Kecamatan Sumpur Kudus. ditengah pembicaraan bagaimana IKSS kedepan, bersama dengan monyongsong Pilkada 2015, insyallah bulan Desember agenda ini diperuntukkan. Ikata Keluarga Sijunjung Se Indonesia memberikan dukungan untuk Ashelfine mengabdi bagi rakyat di tanah kelahiran ranah lansek manih “Ikatan Keluarga Sijunjung Se-Indonesia memberikan dukungan untuk perantau yang akan mengabdi bagi tanah kehaliran, dan waktunya pula perantau ikut serta dalam pembangunan nagari kabupaten Sijunjung, dengan jiwa kepemimpinan yang masih muda, insyallah rasa prihatin perantau dan masyarakat Sijunjung akan terobati. Sebab banyak pertimbangan dan pemikiran untuk menduduki pernyataan politik, bagaimana Sijunjung kedepan. Kami bersama kawan-kawan yang dinamakan tim 7 untuk Sijunjung, bersama Ikatan Keluarga Sijunjung Se-Indonsesia” ungkap Zulkani dengan jelas. 

Dengan bersatunya para perantauan dalam ikut serta membangun nagari, dengan menimbang bahwa kepemimpinan menjadi Bupati bukan seolah untuk sebuah jabatan, apalagi kekuasaan. Sebab, tanpa pemimpin yang punya visi ke depan, Sijunjung seolah hanya seonggok daerah yang cuma laris manis jadi bahan dagangan ketika hajat pemilukada akan dihelat. Selebihnya, soal bagaimana nasib masyarakatnya ke depan acap kali lupa dipikirkan. Inilah yang barangkali bisa menjadi bahan refleksi di tengah suhu panas dan kasuk-kusuk menjelang pemilukada kali ini. Jangan sampai sahabat-sahabat di seluruh masyarakat Sijunjung baik di perantauan maupun di kampong halaman. Jangan terlena dan hanyut dengan janji manis kampanye, money politik, tanpa melihat nasib daerah selanjutnya.

Inilah pertanyaan penting yang harus ditanyakan oeh masyarakat Sijunjung kepada Ashelfine SH, MH calon Buapti yang ingin Sijunjung bertumbuh dan bermartabat dalam kepemimpinannya Sijunjung mendatang, yakni, " Mengapa Anda mau menjadi Bupati Sijunjung?" Sesungguhnya, hanya pemimpin yang birokrat dan entrepreneur yang akan bisa menjawab pertanyaan nyeleneh tersebut dengan yakin sesuai dengan hati nurani rakyat” pungkas Zulkani dalam memberikan pernyataannya.
Suka ·