Wahana Silokek |
Di
tengah wara-wirinya pemberitaan media masa tentang sekelumit kabut asap yang
menyelimuti sebagian wilayah Indonesia bagian barat, para
traveler yang bertujuan kewilayah tersebut menjadi terganggu. Namun keberadaan itu,
berbeda dengan Majda salah satu traveler dari negeri pecahan Cekoslovakia yaitu Ceko,
yang sudah beberapa bulan bermukim dan berkeliling
di Indonesia. Pemberitaan itu malah
mencuatkan keingintahuannya tentang apa yang terjadi di daerah yang sedang dilanda
kabut asap, keadaan tersebut disebabkan oleh oknum pembakaran hutan yang tidak
bertanggunjawab. Sedikit pun tak menghambat, malah
mencuatkan jiwa travelingnya untuk mengetahui rahasia di Nusantara ini.
Oleh
sebab itu, untuk mengupas sebuah rahasia bagi traveler hal yang paling
terpenting dalam dunia traveling adalah buku referensi tentang profil suatu tempat atau
daerah,
perlu membaca beberapa referensi buku tentang beberapa kota atau daerah yang menjadi target tujuan, inilah keyword seorang traveler sebelum berpergian. Dari beberapa referensi tersebut, ranah Minangkabaulah ujung tombak untuk menjawab keingintahuannya itu. Dari Jakarta langkah awal perjalanannya,
Majda telah memutuskan menggunakan pesawat terbang,
untungnya jadwal penerbangan Jakarta-Padang pun tersedia
melalui informasi yang ia dapatkan dari biro perjalanan wisata yakni Andalas Education
Tour Travel di website, menariknya bagi seorang traveler pasti mencari tiket
pesawat yang tidak mengeluarkan gocek banyak alias mahal, di tambah, pastinya
mencari lebih simple alias mudah didapatkan. Ya, AET tour travel sangat cocok
dan solusi untuk para traveler. Jakarta-Padang memeliki jarak tempuh penerbangan hanya memakan
1 jam 40 meneit saja,
ini adalah waktu yang tepat dalam perhitungannya “at
the appropriate time”.
“Dear Passengers, welcome to Padang, we have landed at the international
airport Minangkabau”sebuah
kalaimat
yang dilontarkan dari seorang wanita rupawan yang memiliki tubuh indah dibaluti
seragam batik keris,
menambahkan kecantikan para pramugari di negeri ini. Langit yang sedikit
berkabut menemani kedatangannya pada siang itu, Majda pun langsung disapa
maatanya oleh gedung bandara yang unik, bentuk bergonjong bak tanduk kerbau yang bertulisan “Bandara
Internasional Minangkabau”. Sepintas pengetahuannya yang telah membuka cakrawala dari buku referensi tentang ranah Minangkabau, baik dari
kultur budaya yang sangat kental dengan nilai religiusnya, sebab suku
Minangkabau wajib menganut agama Islam. Yah, itu bukan masalah bagi dirinya
yang seorang atheis, sebab masyarakat Minangkabau sangat tinggi akan nilai
sosial, dan yang lebih penting dari itu masyarakat yang mudah bersahabat
terhadap orang seperti dirinya.
Saatnya
mengesplorasi Minangkabau, satu jam setengah perjalanan dengan pesawat terbang
mengudara, mengantarkan imajinya untuk mengupas tentang pesona sejuta cerita.
Tanpa basa-basi, rasanya nak menikmati pesona alam yang ditawarkan bumi barat
Sumatera. Dalam mempelajarai alamnya, ia perlu menguras banyak informasi “How To Know It”. Jika seorang bertualang
untuk “berburu” maka siapkan sebuah peluru, itulah pribahasa yang selalu
dipasang dalam ingatan para traveler-traveler handal. Peluru pertama adalah
berjalan ala bagpacker, dengan memikul ransel berjalan keluar dari bandara,
tanpa transportasi apapun, dengan menghirup langsung udaranya, informasi
tersebut akan mudah untuk ditafsirkan, sebab hamparan informasi akan mudah
didapatkan, jika kita tidak membatasi diri pada lingkungan dimana berada.
Majda
dengan gontainya ia berjalan kaki, menikmati pudarnya terik matahari oleh kabut
asap, namun semnagat tak sepudar matahari kala itu. Bersamaan dengan panjangnya
ruas jalan bandara, mata tak henti memaling kian kemari, kiri dan kanan.
Kira-kira satu kilo meter jarak yang ia tempuh meninggalkan gerbang bandara,
dengan berjalan kaki sangat nyaman walau sedikit mengeluarkan tetesan keringat.
Sementara itu diruas jalan bandara yang lurus memanjang sepanjang mata
memandang, dikelilingi warung yang menjagal makanan dan minuman khas ranah
Minang, beserta beberapa penginapan berkelas hotel mudah didapati ruas jalan
tersebut. Ya, sangat gampang sekali mendapatkan penawar lelah untuk rehat
beberapa hari di ibukota khas Seribu Rumah Gadanag ini.
Sejogyanya,
pagi kali ini Majda membuka tabir sebuah eksotisnya mutiara dalam lumpur di
ranah Minangkabau yang tersuruk, bahkan belum terjamah alamnya beserta
kelestarian yang masih terjaga denga baik. Tinjau punya tinjau dideretan
informasi yang beredar di media sosial Majda menemukan seorang sohib yang
memamerkan bagian yang tersuruk bak mutiara dalam lumpur, hingga satu media pun belum pernah
memfosilkan dalam sebuah tulisan “future”. Nah, sohib Rahman lah yang
menjajalkan informasi tersebut tentang wahana yang tersuruk, samapai perjumpaan
mereka untuk menggali keeksotisan bagian daerah yang tersuruk di bagian selatan
Sumatera Barat yaitu kabupaten Sijunjung yang akrab dengan buah lansek atau
buah buahan sejenin buah Duku, sebab hanya Sijunjung yang banyak menghasilkan
buah tersebut. Maka dengan itu pula masyarakat menamakan kabupaten ini dengan
sebutan ranah Lansek Manih, dengan jarak tempuh perjalanan lebih kurang 3 jam
lebih atau sejauh lebih kurang 90km.
Memang
Secara topografi,
kabupaten Sijunjung merupakan rangkaian Bukit
Barisan yang memanjang dari arah barat
laut
ke tenggara,
sehingga kabupaten ini memiliki ketinggian yang sangat bervariasi, yaitu antara
120 meter sampai 930 meter di atas permukaan laut. Kecamatan di kabupaten ini
umumnya memiliki topografi yang curam dengan kemiringan antara 15–40%, yaitu kecamatan Tanjung Gadang,
kecamatan Sijunjung,
kecamatan Sumpur Kudus,
dan kecamatan Lubuk Tarok.
Seperti daerah lainnya di Sumatera
Barat, kabupaten ini mempunyai iklim
tropis
dengan kisaran suhu
minimun 21 °C dan maksimum 37 °C. Sedangkan tingkat curah hujan
kabupaten Sijunjung mencapai rata-rata 13,61 mm per hari.
Keesokan harinya pagi pagi buta,
Rahman bersama Majda dengan mengendarai sepeda motor metik dari kota Padang
melewati Pabrik Semen Padang yang merupakan pabrik semen tertua sejak zaman
belanda dulu. Perjalanan yang ditempuh sangat mengasyikan dikarenakan sepanjang
perjalanan mata di bumbui oleh panorama alam Sumatera Barat luar biasa indahnya
dengan hamparan hutan tropis dan aneka kuliner setiap daerah yang dilewati.
Apalagi ditengah-tengah perjalanan mereka ditemani oleh mahasiswi yang berperanakan
anak nagari Kayu Aro dengan paras molek berpenampilan sopan. Sebagian pendapat
tentang gadis minang memang unik tapi mempesona alias molek, kata Majda “so unique, the girl drive motor, and she is
beautiful".
Sementara mereka menikmati pesona
alam ditengah perjalanan, Majda asyik memainkan lensa kameranya untuk
mengabadikan hijaunya hamparan sawah sawah yang berjenjang dibukit seperti
gugusan candi candi tanah jawa. Setibanya mereka di ranah Lansek Manih,
langsung disambut dengan hangatnya waktu siang, rehat sejenak untuk pelepas
dahaga di Waroeng Rakyat yang hampir dekat dengan tujuan mereka, kira-kira satu
atau dua kilo meter lagi, yang bertempat di kelok beracun kota Muaro Sijunjung.
“Hi
dude,, where are you going?, Sungguh kehormatan bagi pemilik warung
khususnya, umumnya bagi masyarakat Sijunjung bisa datangi para touris asing
atau lokal”. Sambil tersenyum dan bersahabat pemilik warung bertanya pada
Majda.
Rahman
menjelaskan niat dan tujuan mereka datang ke kota itu, pemilik warung pun
dengan sangat bersemangat menjelaskan, “how
to get it” bagaimana mendapatkan lokasi yang mereka tuju dengan mudah.
Sebab, Silokek merupakan salah satu daerah
wisata potensial yang berada di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Sebuah
kawasan wisata alam yang terdapat di sepanjang kenagarian Muaro, Silokek dan
Durian Gadang. Di sepanjang kawasan ini wisatawan dapat menikmati keindahan
alam seperti; suasana pantai pasir putih yang memukau, keindahan panorama
ngarai batu berjajar yang menawan, wisata gua (ngalau), taman anggrek yang
mempesona, panjat tebing, arung jeram, air terjun pelukahan, pemandian air
panas dan wisata budaya, seperti kereta api lokomotif uap peninggalan Jepang.
Silokek mempunyai rahasia keindahan alam yang sangat eksotis dan mampu menarik
perhatian para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Perjalan menuju wahana wisata
Silokek dengan riang gembira akan dimulai, Wanda sang pemilik warung dengan
semangat pula ingin ikut mendampingi mereka berdua, asyiknya mereka mendapatkan
tumpangan gratis dengan kenderaannya, Perjalanan mereka dimulai dengan melewati
jembatan Ombilin dengan sepanjang +100 m, melewati jalanan kecil yang menurun
mendaki dan berliku dibalut oleh hutan dan perbukitan batu terjal menelusuri ke
hilir Daerah Aliran Sungai Batang Kuantan nan indah, jalur ini merupakan bekas
Jalan kereta api yang dibuat semasa penjajahan jepang dengan sistem kerja paksa
atau lebih dikenal denga romusha. Aliran sungai yang deras sangat bagus pernah
diadakan event nasional, untuk olahraga petualang Arum Jeram,Jarak dari kota
sejauh 4 KM atau 15 Menit perjalanan.
Nah, awalan mereka dijumpai oleh Ngalau
Cigak, Disini pengunjung dapat menikmati aliran sungai bawah tanah dan
keindahan stalaktit. disekitar ngalau anda akan disambut oleh cigak-cigak
jinak (kera – kera yang jinak) yang siap bersenda gurau dengan
pengunjung.
Kemudian, setelah usai senda gurau
dengan cigak cigak jinak mereka
disuguhi oleh hamparan pasir putih di tepi sungai batang palangki dan ombilin
dengan dikelilingi oleh tinggi menjulang bukit bukit terjal berbatu sepanjang
perjalanan menuju air terjun Palukahan. Biasanya pasir putih kita temukan di
tepi pantai saja. Ternyata juga kita temukan pasir putih di tepi batang kuantan
nan elok dan indah. Biasanya anak nagari Silokek, setiap tahunnya mengadakan
turnamen Volley pantai, layaknya Volley pantai di pantai Kuta Bali. Selanjutnya,
untuk menuju air terjun ini, mereka harus berjalan kaki sejauh 1 Km melalui
perkebunan karet masyarakat sambil mendengarkan kicauan burung yang merdu. Di
kawasan ini terdapat 2 buah lokasi air terjun yang akan mereka nikmati,
masing-masing setinggi 45m dan 75 m. Wahana air terjun itu, cukup untuk
menyejukan dan mengobati petualangan wisata Silokek dengan hawa panas kala
siang di ranah Lansek Manih.
Sementara itu, suguhan demi suguhan
alam mereka nikmati, hanya beberapa tempat saja Majda mengeluarkan stetment
yang membuat Wanda terkejut, dengan sebuah kalimat sederhana, tentang wahana
wisata Silokek, Majda menyimpulkan “ Silokek
Is Virgin Dude…”. Tak ada argument yang patut dikomentari, hanya kebanggaan
bagi mereka penduduk asli masyarakat Minangkabau, terlebih pentingnya lagi,
sebagai anak nagari menjaga dan melestarikan keaslian kekayaan alam di ranah
Minangkabau.
Tidak terlalu jauh dari air terjun
Palukahan tersebut, terdapat sebuah lokomotif tua atau kereta api lokomotif
dengan bahan bakar uap, dan ini juga bukti sejarah peninggalan zaman penjajahan
jepang yang terkenal juga dengan peristiwa logas. Wanda memberikan informasi
tentang adanya nilai sejarah di wahana Silokek, informasi tersebut sangat
mennyambung dengan Majda yang berdisiplin ilmu telah mendapatkan title sejarawan
di daerahnya. Dengan sangat penasaran, mereka mengunjungi areal lokomotif
tersebut untuk meraih rekaman sejarah tersebut.
Akhirnya, tak bisa disangkal lagi
jika Sijunjung terkenal dengan alamnya yang memukau dan mempesona, begitu
banyak pesona wisata yang bisa menjadi komoditi wisatawan domestik dan luar
negeri. Salah satu objek wisata yang menawan dan layak dikunjungi yakni Wahana
Wisata Silokek yang terletak di Kecamatan Sijunjung. Majda, Rahman dan Wanda
pun menjadi saling berkalibrasi tentang kekayaan alam Silokek, pasalnya, mereka
berasal dari keingintahuan lahirlah nilai persahabatan sampai sekarang masih
mereka jaga. Alhasil wahana wisata tersebut hampir ramai didatangi touris asing
atau lokal atas keaslian dan kemolekan alamnya. By F.R.A