Kamis, 18 Desember 2014

FUTURE Memandang yang Molek, Teringat Silokek “Dari Keingintahuan Menjadi Persahabatan”



Wahana Silokek

Di tengah wara-wirinya pemberitaan media masa tentang sekelumit kabut asap yang menyelimuti sebagian wilayah Indonesia bagian barat, para traveler yang bertujuan kewilayah tersebut menjadi terganggu. Namun keberadaan itu, berbeda dengan Majda salah satu traveler dari negeri pecahan Cekoslovakia yaitu Ceko, yang sudah beberapa bulan bermukim dan berkeliling di Indonesia. Pemberitaan itu malah mencuatkan keingintahuannya tentang apa yang terjadi di daerah yang sedang dilanda kabut asap, keadaan tersebut disebabkan oleh oknum pembakaran hutan yang tidak bertanggunjawab. Sedikit pun tak menghambat, malah mencuatkan jiwa travelingnya untuk mengetahui rahasia di Nusantara ini.
Oleh sebab itu, untuk mengupas sebuah rahasia bagi traveler hal yang paling terpenting dalam dunia traveling adalah buku referensi tentang profil suatu tempat atau daerah, perlu membaca beberapa referensi buku tentang beberapa kota atau daerah yang menjadi target tujuan, inilah keyword seorang traveler sebelum berpergian. Dari beberapa referensi tersebut, ranah Minangkabaulah ujung tombak untuk menjawab keingintahuannya itu. Dari Jakarta langkah awal perjalanannya, Majda telah memutuskan menggunakan pesawat terbang, untungnya jadwal penerbangan Jakarta-Padang pun tersedia melalui informasi yang ia dapatkan dari biro perjalanan wisata yakni Andalas Education Tour Travel di website, menariknya bagi seorang traveler pasti mencari tiket pesawat yang tidak mengeluarkan gocek banyak alias mahal, di tambah, pastinya mencari lebih simple alias mudah didapatkan. Ya, AET tour travel sangat cocok dan solusi untuk para traveler. Jakarta-Padang memeliki jarak tempuh penerbangan hanya memakan 1 jam 40 meneit saja, ini adalah waktu yang tepat dalam perhitungannya “at the appropriate time”.
“Dear Passengers, welcome to Padang, we have landed at the international airport Minangkabau”sebuah  kalaimat yang dilontarkan dari seorang wanita rupawan yang memiliki tubuh indah dibaluti seragam batik keris, menambahkan kecantikan para pramugari di negeri ini. Langit yang sedikit berkabut menemani kedatangannya pada siang itu, Majda pun langsung disapa maatanya oleh gedung bandara yang unik, bentuk bergonjong bak tanduk kerbau yang bertulisan “Bandara Internasional Minangkabau”. Sepintas pengetahuannya yang telah membuka cakrawala dari buku referensi tentang ranah Minangkabau, baik dari kultur budaya yang sangat kental dengan nilai religiusnya, sebab suku Minangkabau wajib menganut agama Islam. Yah, itu bukan masalah bagi dirinya yang seorang atheis, sebab masyarakat Minangkabau sangat tinggi akan nilai sosial, dan yang lebih penting dari itu masyarakat yang mudah bersahabat terhadap orang seperti dirinya.
Saatnya mengesplorasi Minangkabau, satu jam setengah perjalanan dengan pesawat terbang mengudara, mengantarkan imajinya untuk mengupas tentang pesona sejuta cerita. Tanpa basa-basi, rasanya nak menikmati pesona alam yang ditawarkan bumi barat Sumatera. Dalam mempelajarai alamnya, ia perlu menguras banyak informasi “How To Know It”. Jika seorang bertualang untuk “berburu” maka siapkan sebuah peluru, itulah pribahasa yang selalu dipasang dalam ingatan para traveler-traveler handal. Peluru pertama adalah berjalan ala bagpacker, dengan memikul ransel berjalan keluar dari bandara, tanpa transportasi apapun, dengan menghirup langsung udaranya, informasi tersebut akan mudah untuk ditafsirkan, sebab hamparan informasi akan mudah didapatkan, jika kita tidak membatasi diri pada lingkungan dimana berada.
Majda dengan gontainya ia berjalan kaki, menikmati pudarnya terik matahari oleh kabut asap, namun semnagat tak sepudar matahari kala itu. Bersamaan dengan panjangnya ruas jalan bandara, mata tak henti memaling kian kemari, kiri dan kanan. Kira-kira satu kilo meter jarak yang ia tempuh meninggalkan gerbang bandara, dengan berjalan kaki sangat nyaman walau sedikit mengeluarkan tetesan keringat. Sementara itu diruas jalan bandara yang lurus memanjang sepanjang mata memandang, dikelilingi warung yang menjagal makanan dan minuman khas ranah Minang, beserta beberapa penginapan berkelas hotel mudah didapati ruas jalan tersebut. Ya, sangat gampang sekali mendapatkan penawar lelah untuk rehat beberapa hari di ibukota khas Seribu Rumah Gadanag ini.
Sejogyanya, pagi kali ini Majda membuka tabir sebuah eksotisnya mutiara dalam lumpur di ranah Minangkabau yang tersuruk, bahkan belum terjamah alamnya beserta kelestarian yang masih terjaga denga baik. Tinjau punya tinjau dideretan informasi yang beredar di media sosial Majda menemukan seorang sohib yang memamerkan bagian yang tersuruk bak mutiara dalam lumpur,  hingga satu media pun belum pernah memfosilkan dalam sebuah tulisan “future”. Nah, sohib Rahman lah yang menjajalkan informasi tersebut tentang wahana yang tersuruk, samapai perjumpaan mereka untuk menggali keeksotisan bagian daerah yang tersuruk di bagian selatan Sumatera Barat yaitu kabupaten Sijunjung yang akrab dengan buah lansek atau buah buahan sejenin buah Duku, sebab hanya Sijunjung yang banyak menghasilkan buah tersebut. Maka dengan itu pula masyarakat menamakan kabupaten ini dengan sebutan ranah Lansek Manih, dengan jarak tempuh perjalanan lebih kurang 3 jam lebih atau sejauh lebih kurang 90km.
Memang Secara topografi, kabupaten Sijunjung merupakan rangkaian Bukit Barisan yang memanjang dari arah barat laut ke tenggara, sehingga kabupaten ini memiliki ketinggian yang sangat bervariasi, yaitu antara 120 meter sampai 930 meter di atas permukaan laut. Kecamatan di kabupaten ini umumnya memiliki topografi yang curam dengan kemiringan antara 15–40%, yaitu kecamatan Tanjung Gadang, kecamatan Sijunjung, kecamatan Sumpur Kudus, dan kecamatan Lubuk Tarok. Seperti daerah lainnya di Sumatera Barat, kabupaten ini mempunyai iklim tropis dengan kisaran suhu minimun 21 °C dan maksimum 37 °C. Sedangkan tingkat curah hujan kabupaten Sijunjung mencapai rata-rata 13,61 mm per hari.
            Keesokan harinya pagi pagi buta, Rahman bersama Majda dengan mengendarai sepeda motor metik dari kota Padang melewati Pabrik Semen Padang yang merupakan pabrik semen tertua sejak zaman belanda dulu. Perjalanan yang ditempuh sangat mengasyikan dikarenakan sepanjang perjalanan mata di bumbui oleh panorama alam Sumatera Barat luar biasa indahnya dengan hamparan hutan tropis dan aneka kuliner setiap daerah yang dilewati. Apalagi ditengah-tengah perjalanan mereka ditemani oleh mahasiswi yang berperanakan anak nagari Kayu Aro dengan paras molek berpenampilan sopan. Sebagian pendapat tentang gadis minang memang unik tapi mempesona alias molek, kata Majda “so unique, the girl drive motor, and she is beautiful".
            Sementara mereka menikmati pesona alam ditengah perjalanan, Majda asyik memainkan lensa kameranya untuk mengabadikan hijaunya hamparan sawah sawah yang berjenjang dibukit seperti gugusan candi candi tanah jawa. Setibanya mereka di ranah Lansek Manih, langsung disambut dengan hangatnya waktu siang, rehat sejenak untuk pelepas dahaga di Waroeng Rakyat yang hampir dekat dengan tujuan mereka, kira-kira satu atau dua kilo meter lagi, yang bertempat di kelok beracun kota Muaro Sijunjung.
            “Hi dude,, where are you going?, Sungguh kehormatan bagi pemilik warung khususnya, umumnya bagi masyarakat Sijunjung bisa datangi para touris asing atau lokal”. Sambil tersenyum dan bersahabat pemilik warung bertanya pada Majda.
Rahman menjelaskan niat dan tujuan mereka datang ke kota itu, pemilik warung pun dengan sangat bersemangat menjelaskan, “how to get it” bagaimana mendapatkan lokasi yang mereka tuju dengan mudah. Sebab, Silokek merupakan salah satu daerah wisata potensial yang berada di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Sebuah kawasan wisata alam yang terdapat di sepanjang kenagarian Muaro, Silokek dan Durian Gadang. Di sepanjang kawasan ini wisatawan dapat menikmati keindahan alam seperti; suasana pantai pasir putih yang memukau, keindahan panorama ngarai batu berjajar yang menawan, wisata gua (ngalau), taman anggrek yang mempesona, panjat tebing, arung jeram, air terjun pelukahan, pemandian air panas dan wisata budaya, seperti kereta api lokomotif uap peninggalan Jepang. Silokek mempunyai rahasia keindahan alam yang sangat eksotis dan mampu menarik perhatian para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Perjalan menuju wahana wisata Silokek dengan riang gembira akan dimulai, Wanda sang pemilik warung dengan semangat pula ingin ikut mendampingi mereka berdua, asyiknya mereka mendapatkan tumpangan gratis dengan kenderaannya, Perjalanan mereka dimulai dengan melewati jembatan Ombilin dengan sepanjang +100 m, melewati jalanan kecil yang menurun mendaki dan berliku dibalut oleh hutan dan perbukitan batu terjal menelusuri ke hilir Daerah Aliran Sungai Batang Kuantan nan indah, jalur ini merupakan bekas Jalan kereta api yang dibuat semasa penjajahan jepang dengan sistem kerja paksa atau lebih dikenal denga romusha. Aliran sungai yang deras sangat bagus pernah diadakan event nasional, untuk olahraga petualang Arum Jeram,Jarak dari kota sejauh 4 KM atau 15 Menit perjalanan.
Nah, awalan mereka dijumpai oleh Ngalau Cigak, Disini pengunjung dapat menikmati aliran sungai bawah tanah dan keindahan stalaktit. disekitar ngalau anda akan disambut oleh cigak-cigak jinak (kera – kera yang jinak) yang siap bersenda gurau dengan pengunjung.
Kemudian, setelah usai senda gurau dengan cigak cigak jinak mereka disuguhi oleh hamparan pasir putih di tepi sungai batang palangki dan ombilin dengan dikelilingi oleh tinggi menjulang bukit bukit terjal berbatu sepanjang perjalanan menuju air terjun Palukahan. Biasanya pasir putih kita temukan di tepi pantai saja. Ternyata juga kita temukan pasir putih di tepi batang kuantan nan elok dan indah. Biasanya anak nagari Silokek, setiap tahunnya mengadakan turnamen Volley pantai, layaknya Volley pantai di pantai Kuta Bali. Selanjutnya, untuk menuju air terjun ini, mereka harus berjalan kaki sejauh 1 Km melalui perkebunan karet masyarakat sambil mendengarkan kicauan burung yang merdu. Di kawasan ini terdapat 2 buah lokasi air terjun yang akan mereka nikmati, masing-masing setinggi 45m dan 75 m. Wahana air terjun itu, cukup untuk menyejukan dan mengobati petualangan wisata Silokek dengan hawa panas kala siang di ranah Lansek Manih.
Sementara itu, suguhan demi suguhan alam mereka nikmati, hanya beberapa tempat saja Majda mengeluarkan stetment yang membuat Wanda terkejut, dengan sebuah kalimat sederhana, tentang wahana wisata Silokek, Majda menyimpulkan “ Silokek Is Virgin Dude…”. Tak ada argument yang patut dikomentari, hanya kebanggaan bagi mereka penduduk asli masyarakat Minangkabau, terlebih pentingnya lagi, sebagai anak nagari menjaga dan melestarikan keaslian kekayaan alam di ranah Minangkabau.
Tidak terlalu jauh dari air terjun Palukahan tersebut, terdapat sebuah lokomotif tua atau kereta api lokomotif dengan bahan bakar uap, dan ini juga bukti sejarah peninggalan zaman penjajahan jepang yang terkenal juga dengan peristiwa logas. Wanda memberikan informasi tentang adanya nilai sejarah di wahana Silokek, informasi tersebut sangat mennyambung dengan Majda yang berdisiplin ilmu telah mendapatkan title sejarawan di daerahnya. Dengan sangat penasaran, mereka mengunjungi areal lokomotif tersebut untuk meraih rekaman sejarah tersebut.
Akhirnya, tak bisa disangkal lagi jika Sijunjung terkenal dengan alamnya yang memukau dan mempesona, begitu banyak pesona wisata yang bisa menjadi komoditi wisatawan domestik dan luar negeri. Salah satu objek wisata yang menawan dan layak dikunjungi yakni Wahana Wisata Silokek yang terletak di Kecamatan Sijunjung. Majda, Rahman dan Wanda pun menjadi saling berkalibrasi tentang kekayaan alam Silokek, pasalnya, mereka berasal dari keingintahuan lahirlah nilai persahabatan sampai sekarang masih mereka jaga. Alhasil wahana wisata tersebut hampir ramai didatangi touris asing atau lokal atas keaslian dan kemolekan alamnya. By F.R.A

Kamis, 28 Agustus 2014

Zulhendri Hasan, Advokat: Sijunjung Butuh Pemimpin dengan Leadership Kuat



Zulhendri Hasan, SH. MH

Disusun Oleh
(SYF Dt. Panji Alam "Tj Ampalu")

 “Kalau SDM suatu daerah sudah kuat dan kualifaid, maka seberat apapun tantangan pembangunan yang dihadapi diyakini akan bisa dicarikan jalan pemecahan yang terbaik.”

ZULHENDRI Hasan SH MH, pengacara terkemuka di Jakarta asal Kabupaten Sijunjung, menilai kepemimpinan Kabupaten Sijunjung ke depan harus diisi oleh sosok dengan jiwa leadership yang kuat, selain juga menuntut lahirnya sosok pemimpin yang punya relationship yang luas dengan berbagai kalangan.

“Kalau hanya mengandalkan pemimpin konvensional, yang hubungannya hanya sebatas camat dan kepala dinas, saya cemas kondisi Sijunjung tidak akan banyak mengalami perubahan,” kata Zulhendri yang juga Wakil Ketua Bidang HAM DPP Partai Golkar.  “Sebagai anak muda Sijunjung, saya juga punya tanggung jawab moral untuk memberikan sumbangan pemikiran buat kampung halaman,” katanya.

Imposible membangun daerah dengan hanya mengandalkan dana APBD,” katanya. Kendati pun ditopang oleh dana APBD provinsi dan APBN, Zulhendri menilai tetap belum cukup karena begitu banyaknya kebutuhan daerah dan masyarakat. “Makanya, perlu pemimpin yang dengan kepemimpinannya melahirkan energi yang besar merangkul semua pihak untuk kepentingan daerah,” katanya.

Dijelaskan, bagi pemimpin yang visioner ia akan mampu melihat dan mempetakan potensi daerah yang dipimpinnya, lalu dijajakan ke dunia luar yang berimbas dengan masuknya investasi. “Tapi bukan investasi icak-icak seperti yang sering kita saksikan belakangan ini,” katanya. “Investasi yang seperti ini hanya merugikan daerah dan masyarakat.

Disebut icak-icak, kata Zulhendri, lantaran visi dan hubungan kepala daerah dengan dunia luar sangat terbatas, maka begitu melihat orang berdasi yang mungkin saja dengan mobil sewaan dengan mengaku sebagai investor, lalu tanah ulayat berpidah tangan begitu saja lantaran digadaikan si investor icak-icak itu ke lembaga perbankan. “Dalam konteks ini,  sangat diperlukan sosok kepala daerah yang punya hubungan yang luas ke dunia luar,” sebutnya.

Sebab, menurut Zulhendri, kalau seorang kepala daerah tidak  memiliki hubungan yang luas dengan dunia luar, dan kendati memiliki kemampuan lobi, tapi hanya tipe lobi-lobi kampungan yang sarat dengan muatan sogok-mogok, “Saya memastikan masyarakat jangan terlalu berharap dari figur seperti itu akan mampu membawa perubahan yang berarti bagi kepentingan daerah bersangkutan,” katanya.

Yang terpenting lagi, sambung Zulhendri, sosok yang memimpin Sijunjung adalah dari kalangan figur yang memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk membangun kampung halamannya, yang mengerahkan segenap daya dan kemampuannya untuk perbaikan Sijunjung. “Sijunjung jangan lagi sampai dipimpin oleh sosok figur yang  asyik-masyuk dengan urusan untuk memenuhi hasrat pribadi dan kelompoknya,” kata Zulhendri.

“Terus terang, secara pribadi saya kurang berempati terhadap mereka-mereka yang kini  memegang peranan penting di Sijunjung,” sambung Zulhendri. Bukan dilatarbelakangi oleh interest pribadi, tapi lebih disebabkan oleh ketidakpedulian para pengambil kebijakan di Sijunjung itu untuk upaya-upaya pembaharuan dan perubahan yang ditawarkan oleh Zulhendri dan orang-orang yang sevisi dengannya.

“Sekali lagi, saya tak punya interest pribadi untuk menawarkan yang terbaik bagi Sijunjung,” katanya. “Sebagai putera daerah, saya memiliki tanggung jawab moral untuk itu.” Zulhendri malah mengatakan, di segi materi-finansial ia sudah merasa lebih dari cukup dengan menjalani karier di rantau orang. “Tapi sebagai putera Sijunjung, saya juga ingin berbuat,” katanya.

Gagal
Pada bagian lain Zulhendri menilai, Kabupaten Sijunjung yang saat ini dipimpin oleh Bupati Yuswir Arifin gagal karena tidak mampu melakukan kaderisasi. “Dalam konteks kaderisasi dan regenerasi, yang kita lihat saat ini adalah stagnasi,” katanya.
Menurut Zulhendri yang menjabat Sebagai Wakil Ketua Bidang HAM DPP Partai Golkar itu, salah satu parameter yang bisa dipakai untuk menilai seorang pemimpin sukses atau gagal adalah sejauh mana sang pemimpin itu mampu melakukan kaderisasi sehingga kelak ketika masa jabatan si pemimpin itu habis, tidak terjadi apa yang disebut dengan krisis kepemimpinan.

“Dalam pandangan saya, parameter dominan yang dipakai untuk menilai seorang pemimpin itu berhasil atau gagal, ya, pada faktor yang disebutkan tadi, yaitu seberapa banyak sang pemimpin di masa kepemimpinannya mampu mencetak kader-kader pemimpin baru, yang kelak diharapkan sebagai penyambung tongkat estafet kepempinan,” tandasnya.

Perspektif lain seperti pembangunan infrastruktur, ekonomi, sosial-budaya, dan lainnya, menurut Zulhendri, merupakan faktor pelengkap dari proses kaderisasi yang identik dengan pembangunan SDM (sumber daya manusia). “Kalau SDM suatu daerah sudah kuat dan kualifaid, maka seberat apapun tantangan pembangunan yang dihadapi diyakini akan bisa dicarikan jalan pemecahan yang terbaik,” tambahnya.

Ditanya bagaimana idealnya pembangunan Sijunjung ke depan, Zulhendri meminta para aparat pelaksana pemerintahan di Sijunjung untuk membuka diri dan mengajak semua kalangan dan komponen untuk berdialog dan bertukar pikiran. “Tidak saatnya lagi membangun daerah dengan mengandalkan kekuatan secara personal, karena sejatinya beban tersebut menjadi tugas dan tanggung jawab bersama,” tambahnya. (SYF Dt. Panji Alam "Tj Ampalu" bersama Tim RG)

Selasa, 26 Agustus 2014

FRA: Optimalkan Alokasi Satu desa Satu Milyar [Jangan Sampai Berurusan dengan KPK]


FRA berpose di sela kesibukannya menjadi jurnalis
“Persoalannya tinggal lagi sejauh mana semua pihak yang terlibat langsung dalam persoalan tersebut mampu memanfaatkan peluang yang ada, yang sebesar-besanya diabdikan untuk kemajuan daerah dan upaya mensejahterakan masyarakat.”


DIRENCANAKAN pada 2015 UU tentang Desa mulai diterapkan, yang implikasinya antara lain setiap desa di Indonesia akan mendapat alokasi anggaran Rp1 miliar/lebih per tahun yang sumber dananya diambilkan dari APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara).

Kebijakan tersebut merupakan sebuah peluang besar bagi nagari-nagari di Sumatera Barat (Sumbar)–terutama di Kabupaten Sijunjung, untuk membangun daerah, dan meningkatkan pemerataan pembangunan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sebuah rambu-rambu agar seluruh wali nagari dan aparatnya di Sijunjung diberi bekal yang cukup dan matang dalam bidang pengelolaan keuangan, terutama dimaksudkan agar jangan sampai ada wali nagari dan aparatnya di Sijunjung yang berurusan dengan aparat penegak hukum lantaran kekeliruan dalam pengelolaan anggaran nagari.

“Dalam konteks persoalan seperti ini, peran Pemkab Sijunjung sangat diharapkan,” kata FRA salah seorang tokoh muda perantaun masyarakat Sijunjung di Pekanbaru Riau, yang akrab dengan sebutan Fadhlur. Ia menyarankan bahwa sebelum dana tersebut dialokasikan ke masing-masing nagari, para wali nagari dan aparatnya harus diberi bekal yang cukup tentang tata laksana pengelolaan keuangan yang sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.

Diakui Fadhlur, belakangan ini jajaran pemerintahan nagari di Sijunjung sebagian sudah ditempati oleh tokoh muda dengan bekal ilmu akademis yang cukup, termasuk juga jajaran aparat nagari. “Tapi saya pikir itu belum cukup,” katanya. “Para wali nagari dan aparatnya seyogianya mendapat bekal tambahan tentang tata cara pengelolaan keuangan yang sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku,” sarannya.

Sebab, menurutnya, kalau tidak diberi bekal yang cukup tentang tata cara pengelolaan keuangan, ia mencemaskan kalau-kalau nanti ada wali nagari dan aparatnya di Sijunjung yang terpaksa berurusan dengan aparat penegak hukum lantaran ketidakmampuan dalam mengelola keuangan. 

“Boleh jadi niatnya bukan untuk menyimpangkan, tapi kesalahan penatakelolaan juga terkadang bisa berimplikasi secara hukum,” katanya.

Baginya, pentingnya wali nagari dan aparatnya diberi bekal yang cukup tentang penatakelolaan keuangan tidak saja dimaksudkan agar para orang kepercayaan masyarakat itu bisa terlepas dari persoalan hukum. “Kita juga ingin dana yang cukup besar itu memberi manfaat yang luas, baik bagi kepentingan nagari maupun dalam upaya mensejahterakan masyarakat di masing-masing nagari,” terangnya.

“Ini merupakan kesempatan dan peluang yang besar untuk membangun nagari dan masyarakatnya lebih cepat lagi dari sebelumnya,” ia pun menambahkan. Dikatakan, kalaulah selama ini pembangunan nagari-nagari di Sumbar pendanaannya hanya bersumber dari DAUN (dana alokasi umum nagari) dari APBN kabupaten/kota, ditambah bantuan provinsi, UU Desa yang baru memberi peluang untuk terbukanya sumber pendanaan yang cukup besar bagi masing-masing nagari.

“Persoalannya tinggal lagi sejauh mana semua pihak yang terlibat langsung dalam persoalan tersebut mampu memanfaatkan peluang yang ada, yang sebesar-besanya diabdikan kemajuan daerah dan upaya mensejahterakan masyarakat,” katanya. “Jangan sampai ada pula yang berpikir bahwa momen tersebut merupakan peluang untuk memperkaya diri dengan cara-cara yang tidak benar,” tambahnya.(Tim RG)