Senin, 08 Juli 2019

Alzam Deri : FRA Sosok Yang Pantas Menduduki Kursi Pimpinan KNPI Sijunjung



Sijunjung---Alzam Deri, Sekretaris Majelis Pemuda Indonesia KNPI Kabupaten Sijunjung yang pernah menjabat dua periode Ketua KPU Kabupaten Sijunjung memaparkan bahwa FRA adalah seorang organisator ulung,  yang Sudah membuktikan keberhasilannya membesarkan beberapa organisasi disijunjung dan sumbar, oleh sebab itu FRA adalah sosok yang tepat untuk menahkodai KNPI Sijunjung kedepan

"Saya sangat tau tentang sosok seorang Fadhlur yang dikenal sebutan FRA, yang sangat teruji membesarkan organisasi baik tingkat kabupaten Sijunjung maupun Sumatera Barat. Hal itu terbukti bahwa beberapa organisasi NU besar sejak dipimpin dan digerakkan oleh tangannya" sebut Alzam Deri pada Senin (8/7) saat dimintai keterangan melalui telpon selulernya

Mantan Ketua KPU ini menambahkan bahwa tantangan pemuda akan semakin kuat dan besar, seiring semakin berkembangnya zaman, mulai dari pergaulan negatif, narkoba, serta lainnya, maka dengan memperkuat organisasi kepemudaan di tengah masyarakat, terutama untuk kaula muda, dia sangat yakin semua tantangan tersebut mampu dijawab dan sangat berpengaruh jika KNPI berada di tangan FRA agar KNPI mampu menjawab tantangan tersebut, jika kepengurusan dipimpin oleh orang yang teruji serta terbaik bagi kawula muda Sijunjung.

" Adinda FRA telah membuktikan geliat  membangun generasi yang mengarahkan kepada  kebaikan dan juga bisa mempersiapkan untuk menghadapi masa yang akan datang. FRA di ujung nagari telah memberikan kecerdasan dengan program literasinya yakni Pustaka Keliling dan pernah menjadi tolak ukur bagi pemda dalam membawa marwah kabupaten ke kanca provinsi. Masih banyak karyanya demi kemajuan pemuda di Kabupaten Sijunjung”sebut Alzam Deri.

Disamping sebagai organisator ulung, Alzam menambahkan, bahwa FRA juga piawai berdialegtika dan menulis,  sosok FRA adalah generasi muda harapan kita kedepan dan patut dijadikan contoh dan menahkodai KNPI sijunjung kedepan dalam era globalisasi ini.


Menurutnya, geliat ber-KNPI adalah salah satu garda terdepan untuk pembangunan Sijunjung, apalagi perebutan kursi nomor satu KNPI ini mempengaruhi perebutan kursi hangat kepala daerah. Yah, kenapa tidak? Sejogjanya KNPI adalah wadah pemersatu organisasi kepemudaan yang ada di Kabupaten Sijunjung, yakni dari kecamatan sampai pada organisasi masyarakat yang bermuara kepada pemuda. Nah, tak salah bahwa kursi nomor satu KNPI bisa didefenisikan "KNPI 1 Sijunjung adalah sebuah kunci Kemenangan Pilkada Merebut BA 1 K".

"Geliat ber-KNPI sangat berpengaruh dalam kontestasi Pilkada di Kabupaten Sijunjung, sebab kursi nomor satu KNPI akan memimpin banyak OKP (Organisasi Kepemudaan) dan PK (Pemuda Kecamatan) yang ada di Kabupaten Sijunjung. Yah tak salah kalau merebut kursi KNPI ini salah satu kunci juga merebut BA 1 K" paparnya.

Sementara itu, mendengar akan majunya FRA di Musda KNPI Sijunjung, mendapatkan perhatian khusus dari belbagai tokoh kepemudaan di Sumatera Barat diantaranya mendapatkan dukungan dari mantan Ketua DPD KNPI Kota Padang Nisfan Jumadil, SH, bahwa Musda KNPI Sijunjung sebuah momentum kemana arah pemuda mendatang. Sesungguhnya maju mundurnya suatu daerah karena pemudanya. Mendengar FRA salah satu kandidat yang paling tepat dengan falsafah Minagkabau yakni patuik jo mungkin dalam memimpin kepemudaan Sijunjung kedepannya.

"Saya sangat mendukung Bung FRA maju dalam merebut Kursi nomor satu DPD KNPI Sijunjung 2019. Sebab kursi nomor satu akan mempengaruhi geliat pemuda 3 tahun kedepan. Apalagi pembangunan bukan saja kepada infrastrukturnya saja, tapi bagaimana pemuda sebab maju mundurnya pembangunan tergantung mentalitas yang lahir dari pemudanya" ulasnya

Dengan demikian, Nisfan yang juga sumando urang Sijunjung meingatkan kepada pemuda untuk mensukseskan Musda KNPI Sijunjung, untuk memilih orang yang pantas. Yah, tak salah kalau Nifwan sebagai sumando ninik mamak urang Sijunjung selalu memberikan dorongan dan dukungan untuk pembangunan Sijunjung terutama dalam pemangunan generasi mudanya

"Saya selaku urang sumando Sijunjung, selalu memberikan yang terbaik untuk pembangunan terutama pemudanya. Keniscayaan saya yang lahir dari mentalitas pemuda akan selalu menjadi garda terdepan untuk para kader pemuda dalam mewarnai pembangunan kabupaten Sijunjung. Mari sukseskan Musda DPD KNPI Sijunjung dengan menjadikan orang yang tepat untuk mempin kepemudaan di Ranah Lansek Manih" Pungkasnya.

Selasa, 25 Juni 2019

Fadhlur Rahman Ahsas Antara NU dan Keturunan Ke 3 Syech Abdurrahman



Fadhlur Rahman Ahsas adalah seorang pria yang dilahirkan di Nagari Palangki Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung pada 8 November 1986 dari rahim seorang ibu bernama Irhamni Urif dengan didampingi oleh Bapak yang bernama Afdaluddin. Kini pria itu sudah menjadi seorang penulis di beberapa media lokal dan juga nasional

Fadhlur Rahman Ahsas yang berdarahkan Minangkabau bersukukan Malayu bekerja sebagai Jurnalis di Sumatera Barat. Selain itu, ia juga merupakan seorang aktivis dan penggagas literasi di tanah darah kelahiranya Kabupaten Sijunjung.

Berbekal ilmu pengetahuan yang ia miliki dan beberapa buku bacaan yang ia koleksi menjadi alat bantu untuk bahan mengajarkan literasi tersebut. Pria berusia 33 tahun ini memiliki satu orang anak dari pernikahannya dengan seorang aktivis perempuan Mutia Rahmi telah dikaruniai Putra bernama Aruna Dipta Ahsas yang masih berumur 3 tahun.

Dengan kehidupan yang amat sederhana, sebagai jurnalis lokal Sumatera Barat yang tergolong kontroversi dengan tulisannya yang selalu menjaga kode etik jurnalistik dan mengutamakan profeaionalitas. Ia mengarungi bahtera dengan keluarga kecilnya di desa atau nagari yang tergolong jauh dari perkotaan kabupaten Sijunjung nama desa itu memaknai letak geografisnya yakni Nagari Bukit Bual.

Untuk menompang dalam menghidupi keluarganya dan juga cita-citanya terhadap pembangunan bangsa dengan bergiat sebagai penulis dan juga aktivis. Ihwal itu dengan sangat terpaksa untuk mencoba bertani dan juga penyadap getah karet guna membantu penghidupan keluarganya. Sejujurnya dari kecil hingga dewasa ia tak pernah akan mengenali dan memahami hidup bertani ataupun sebagai penyadap, sebab ia bukan terlahir dari keluarga petani. Karena kedua orang tuanya seorang abdi negara, dengan kesibukan orang tuanya sebagai abdi negara, ia tak sempat mengajari untuk bertani dan memancah sawah.

Dia NU Keturunan Ke 3 Syech Abdurahman Ulama Tarekat Nahsabandi

Fadhlur Rahman Ahsas yang bergelar Imam Pangulu dari kaumnya suku Malayu Nagari Palangki memang tergolong kaum bajini alias keluarga Datuak atau urang tuo di kenagarian itu, kalau merunut matriakad ia termasuk pewaris Datuak Panghulu Sutan yakni salah satu pemimpin dari Suku Malayu Nagari Palangki, sementara itu merunut patriakad bapaknya salah satu ninikmamak dari Suku Chaniago dengan jabatan Monti. Sedangkan merunut para pendahulu baik dari keturunan Ibu dan Bapak ia berketurunan dari tokoh peneyebar Islam di ranah Minangkabau dan juga tokoh organisasi Islam di Sumateta Barat yakni Persatuan Tarbiyah Islamiyah

Fadhlur nama singkatnya, hari ini ia berkhidmad di oraganisasi besar Nahdlatul Ulama, hingga memimpin beberapa badan otonom di tingkat Kabupaten Sijunjung. Memang melihat dari pendidikan ia pernah mengeyam ilmu agama di Pondok Pesantren, diiantaranya Darussalam Gontor Ponorogo, Darul Muttakin Rogo Jampi Banyuwangi dan Ponpes Buya Salam Darussalam Dharmasraya.

Secara militansi dan loyalitasnya sebagai organisatoris dengan berpegang teguh ideologi Ahlussunah Waljamaah, mungkin banyak yang mempertanyakannya kenapa ia berkhidmad di oraganisasi Islam terbesar di Indonesia yang memeliki ideologi yang jelas itu.

Walaupun secara biologis orang tua laki-lakinya berkhidmad di oraganisasi Muhammadiyah, dan pernah memimpin cabang oragnisasi tersebut. Nah sedikit bersejarah, bahwa Fadhlur Rahaman Ahsas telah mengimplementasi ilmunya dengan asas ber- pemikiran bebas yang tertanam dengan Motto Pondok Gontor yakni asas Demokrasi, serta dengan penguatan dasar manhajul fikri yaitu "Kun Ibna Zamanika" jadilah kamu dinamasa mu.

Melihat perkembangan zaman, oraganisasi NU sudah tepat dengan perkembangan zaman yang sekarang menjadi tolak ukurnya dalam berkhidmad baik demi agama bangsa dan negara. Apalagi merunut dari para pendahulu, kakek atau orang tua dari ibunya adalah seorang pendidik dari dua masa, dan juga pemipin baik dalam oragnisasi Perti di Sumatera Barat tahun 1965 dan juga Wali Nagari serta Dewan DPRD Kabupaten Sawahlunto Sijunjung tahun 1975. Kakeknya bernama H Bustami Urif Datuak Pangulu Besar yang terkenal dengan ulama tarekat Nahsabandi, kakeknya tersebut memiliki orang tua bernama Syech Abdurrahman yang memiliki istri Hj. Zainab. Tak hayal semasa itu kakek kukuhnya memiliki banyak istri, namun sosok Hj Zainablah yang menjadi ibu kakeknya atau juga bisa disebut olehnya nenek kukuh, sebab nenek kukuh dari keluarga saudagar dan bajini sebab ayahnya seorang Ongku Paloh (Kepala Nagari/Wali Nagari)

H.Bustami Urif Dt Panghulu Besar anak 3 dari 4 bersaudara, diantaranya Siti Romlah, Mokawi Sutan Pangeran, dan Maimunah. Salah seorang saudaranya lahir di kota Mekkah yang diberi nama Mokawi dengan gelar Sutan Pangeran. Menilik kenapa seorang kakaknya Mokawi lahir di Mekah saat itu Syech Abdurahman dengan Hj Zainab berpergian menunaikan ibadah haji yang kesekian kalinya, alasannya tetap dalam beribadah serta belajar dengan sang guru Syekh Ahmad Khatib binSyekh Abdul Latif Khatib

Faktanya, kitab kitab lama yang terkenal dengan sebutan kitab kuning dan juga kitab tafsir yang diantaranya jalalein masih terjejer dirak-rak buku rumah Fadhlur Rahman Ahsas, ihwal itu pula dengan bermodalkan ilmu pondok pesantren serta buku warisan kakek kukuhnya ia bisa mendapatkan prestasi juara 1 Tafsir Alquran Bahasa Arab Tk Kabupaten Sijunjung pada Musabaqoh Tilawatil Quran, hinga berkompetisi membawa daerahnya ke Tingkat Provinsi pada tahun 2005, saat umurnya masih 19 tahun. Yah dibilang masih setingkat Aliyah.

Sementara itu, memang disayangkan di nagari Palangki banyak generasi yang tidak peduli dengan pendahulu, buktinya makam Syech Abdurrahman telah musnah, datar dengan tanah dan hingga kini tempat itu, menjadi tempat orang menambang emas. Katanya makam tersebut berada di Surau Godang Lobuah Nagari Palangki, yang disemayamkan pada tahun 1920 masehi.

Dengan demikian, meihat perkembangan zaman, apalagi di kenagariannya, bisa ditafsirkan hampir tidak peduli dengan mozaik sejarah, hingga pembuktian para pendahulu ulama yang mengislamkan negeri ini telah pudur, hanya meninggalkan satu makam yakni Syech Abdurrauf, yaitu salah satu pendahulunya dari soko Ayahnya keturunan ke 4. Maka melihat keterpurukan itu, Fadhlur Rahman Ahsas dengan tulisanya tetap menjadikan pelajaran serta peringatan, bahwa sejarah adalah mutu manikam para pendahulu harus tetap menyala pada generasi ke gerasi apalagi ini adalah tiang dari keilmuan serta semangat pembangunan peradaban (*)