Ngaspal Honda CB bak Kudo Gumarang
Brum brum ( suara motor),,,engkolan kaki semangat
menyalakan mesin Honda CB,dan suaranya mengisi sudut halaman depan
rumah,, perkikan suara CB nak berlari bak kudo Gumarang...tangan pun
menggenggam gas dalam waktu nan renggang. Tepat pada pukul enam kurang, cuaca
diselimuti awan hitam, menurut ramalan hari akan hujan, niat hati tak kunjung
padam, dua sahabat pun langsung menunggangi CB, mereka itu Acik dan Punco,acik
adalah seorang pemuda pengangguran yang begelar sarjana muda yang masih sibuk
oleh penganggurannya, dan punco seorang mahasiswa baru tingakat dua bidang
peternakan, sebenarnya mereka teman sebaya, karena acik duluan aja masuk
universitas.
CB pun melaju melawan arah angin, dalam satu kilo
perjalanan dengan riang dan gembira mengendarai CB, hujanpun turun sangat
deras, butiran air membasahi sekujur tubuh kering mereka,punco yang duduk
berboncengan dibelakang berteriak.
“ baranti lu
hujan labek,! cari tampek bataduah”
Acik bersegera untuk mencari tempat berteduh, seiring
jalanan yang tanjakan,CB tidak bisa melaju kencang, di ujung jalan sebelah
pohon besar ada warung kopi, mereka pun lekas berteduh di warung itu. “ondeh..
basah sadualah nyo”.. acik mengeluh kebasahan dan sekilas pandangan matanyapun
mengarah ke CB. Honda CB yang mengkilat sebelumnya menjadi kotor, ibarat
permata dalam lumpur, yang dibasahi percikan tanah liat mencair oleh air hujan.
Sambil menunggu hujan reda, acik memesan kopi hitam,
dan menghisap rokok sebatang, karena punco bukan perokok dan minum kopi, ia
hanya duduk termenung menikmati irama lagu air hujan yang memukuli atap seng
warung itu. sembari menikmati hujan, acik memeriksa kantong celananya, ternyata semua kantong pun kosong,
kegelisahan tercermin dalam raut wajahnya.
“Alah.. ado lo nan tingga punco...piti den disaku
sarawa ciek lai kironyo..”
“Baa lai cik.. piti den saratuih ribu ado nyo..
perjalan wak jauh , dan bisuak lo pulang” jawab punco dengan kesal
Hujan masih deras, kalau ditunggu entah kapan berhentinya, terngiang
dalam pikirannya pilosopi minang “ mujur tak dapat diraih, malang tak dapat
dihindari”tanggung basah basah , japuik lah, wak tunggu di siko’ ujar punco
memberikan dorongan semangat maka timbulah inisiatif untuk menjemputnya pulang
kerumah dengan melalui hujan yang sangat
deras bersama Honda CB, setiba dirumah acik langsung mengarok kantong celannya
yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Ternyata isi kantong celana itu,
hanya berisi uang 25 ribu . “rasanya tak cukup untuk pergi” ibarat jatuh
ketiban tangga ujarnya dalam hati. Rasa ragu pun
bergejolak dalam hatinya. namun ia yakin perjalanan dengan uang sebanyak itu
aman karena punco mempunyai lebih dari yang ia miliki.
Acik lekas mengendarai CBnya balik ketempat tadi, karena punco sudah lama
menunggunya. Raut wajah punco yang gelisah menyapa acik, “baa lai dapek?
Lai nco(sapaan singkat) tapi...
Tapi apo cik. Jan bagarah juo lai. Ujar punco penasaran
Tapi basarobok tingga 25 ribu.. baa lai du? Acik Dengan kecewa
Aman tu cik! Itu cukup untuk minyak pulang pergi. Hehehe “ sambil ketawa
Lai nco(sapaan singkat) tapi...
Tapi apo cik. Jan bagarah juo lai. Ujar punco penasaran
Tapi basarobok tingga 25 ribu.. baa lai du? Acik Dengan kecewa
Aman tu cik! Itu cukup untuk minyak pulang pergi. Hehehe “ sambil ketawa
Hujan pun reda. jajanan mereka cepat mereka bayar dan mereka telah ready
untuk melanjuti perjalan ngaspal dengan Honda CB yang mereka kagumi,let’s go
brada bukittinggi We Are Coming” sembari dengan Gembira berteriak dengan yel
yelnya.
dalam pertengahan perjalanan punco mendengarkan suara misteris dari belakang, di sekitar perjalanan mereka hanya pesawangan yang sangat sepi, suara itu mirip dengan kenderaan teman mereka yang sangat kacau, jika mendekat, tak kuat telinga ini untuk mendengar,ingin pecah kendang telinga.suarua itu pun semakin dekat acik lekas menoleh ke kaca spion kanannya. dikaca itu berderet tiga cahanya lampu bulat mendekati motor mereka, dengan laju kencang, suara misterius pun terjawab, karena suara ini familiar dengan kuping mereka.
dalam pertengahan perjalanan punco mendengarkan suara misteris dari belakang, di sekitar perjalanan mereka hanya pesawangan yang sangat sepi, suara itu mirip dengan kenderaan teman mereka yang sangat kacau, jika mendekat, tak kuat telinga ini untuk mendengar,ingin pecah kendang telinga.suarua itu pun semakin dekat acik lekas menoleh ke kaca spion kanannya. dikaca itu berderet tiga cahanya lampu bulat mendekati motor mereka, dengan laju kencang, suara misterius pun terjawab, karena suara ini familiar dengan kuping mereka.
Punco segera mengeluarkan opininya tentang suara familiar itu. “firasat
saya ini motor teman teman kita cik”
Sia nco? Rasa nya bukan. Dengan
rasa ragu Acik cepat memotong
perkataanya
Dari liat lampu itu.dan suaranya kayak motor Simidun, Kundo dan Acong.
Mereka bertiga adalah teman ngaspal honda CB ( tour pake Honda CB) dan suka
dengan benda kuno alias tempo doeloe. Simidun masih kuliah semester enam di ibu
kota ,berbeda dengan Kundo dan Acong, masih semester dua di kabupaten.
Tit tit .... sembari klakson mendekati meraka, punco lekas menoleh
kebelakang. “ walah .. kalian.. takajuik den, dengan kagetnya.
Kamaa? Serentak semuanya bertanya
Acik dengan cepat memberikan jawaban. Biasa dun.,,ngaspal tak tentu arah,
sebenarnya mau ke bukittinggi ( kota yang terletak utara Provinsi sumatera
barat.terkenal dengan wisata jam Gadang).waang kama yuang (panggilan untuk
pemuda minang)? Balik tanya Acik.
Aden juo payi kasinan. Lah bajanji payi minggu kapatang samo kundo jo
acong.
Yuk ngaspal, mumpung sama tujuan, lets go brada. Dengan sangat gembiranya
punco berteriak
Yukkk. Dengan senang nya menambah laju keceptan motor mereka
Bum bum bum ( suara motor)..Jalanan pun ribut oleh kicauan Honda CB
mereka, acik merasakan ia seperti raja jalan dan motornya bak kudo gumarang.
Gagah, perkasa dan tak ada yang sehabat motornya, karena disetiap keramaian
dalam menulusuri perkampungan, masyarakat menoleh ke arah mereka.Acik dan teman
temannya menikmati perjalannya sambil meliahat klap kilp panorama lampu yang
asri yang menemani mereka .
Dalam kenikmatan dan kegagahan mereka yang sedang melaju kencang bersama
CB yang diselimuti dinginnya malam, tak terasa sampai di ujung perjalanan,kira-kira
30 menit Mereka sampai di tujuan yaitunya jam gadang , dengan kurun waktu
selama 3 jam perjalanan. “ sabanta lai kito sampai Brada” Seiring Punco
berteriak ke arah Simidun dan Kundo.
Pret peret....bumm. prets sss
dengan seling waktu 10 detik punco
berteriak kegirangan, salah satu motor mereka ada yang mogok. Ternyata motor
simidun rusak dan tak mau dinyalakan lagi. Semuanya menepi kebibir jalan,
berhenti untuk melihat apa yang terjadi
dengan motor simidun , mereka terperonga kearah motor simidun, ia mencoba
beberapa kali mengengkol motornya sampai ia muak untuk melakukannya. Acik dan
Punco segera mendekati motor Simidun dengan niat hati nak menolongnya.
Baa dun? Bia Acik yang engkol ,, dengan semangat
Acik sibuk dengan engkolannya , Punco pun sibuk untuk mencek pengapiannya.malahan
Acong dan kundo hanya asik bercengkrama sambil duduk (dipendopo dekat tepi
jalan itu) tak sedikitpun niat nak
menolong Simidun. Tapi acik dan punco tak menghiraukan mereka berdua .
manga urang tu ? tanya simidun
kesal melihat temannya acuh tak acuh dengan keadan motornya
“ bian se la dun.. rusak lo karojowak dek urang baduo tu” jawab tegas
punco
dalam renggang waktu 20 menit Punco mendapatkan titik permasalahan motor
itu. Simidun pun terasa lega karena motornya akan pulih kembali. Acik segera
menghampiri ketempat acong dan kundo yang sedang sibuk dengan obrolannya. Kemudian acik menegur mereka berdua dengan nada suara rendah, sambil
menawarkan sebungkus rokok.
Hmmm bulie gabuang,bantuak e lamak bana ota ko, ko rokok a., Palamk ota “
acik seyum”
Indak do bang... jawab Acong sambil balas senyuman.
Manga awak namo etu... urang bakarajo wak duduak se, kama raso jo pariso
kalian? tegas acik
Mereka berdua terdiam dan terkejut, sehingga tidak bisa menjawab, hanya dengan
enggukan kepala saja.
Dalam hidup ko, awak mangarati kato raso jo pariso, maliek kawan sadang
karajo yo dibantu, paling tidak semampu
awak. Namonyo bajalan jauh pasti ado kendala e,untuang dak tibo jo honda
kalian, cubo kok tibo, lai bisa kalian manangguangnyo. Kok bisa Itupun berat
dikarajoan, dikehidupan ko ado muju jo
ado malang, muju dak dapek diraih, malang tak dapek dihindarkan.ko kini contoh
e, Nah didalam perjalannan kito ko yo harus batanamkan prinsip “kok barek samo
dipiku kok ringan samo dijinjinang”.dengan wibawanya acik memberikan nasehat
kepada mereka berdua.
Maaf kan kami bg” serentak menjawabnya
Yuk tancap gas, honda Simidun lah
sege nyo, hari lah jam 11 malam lo. Acik sambil ketawa ke arah punco
lets go brada’ punco dan Midun teriak dekat motornya.
Acik dan punco bersiul siul dan menyanyikan lagu’ persahabatan bagai
kepompong,, , berubah ulat menjadi kupu kupu,,, nana, nana,sambil nyalakan
mesin motor dan mereka ngaspal kembali .akhirnya mereka sampai ditujuan dengan
selamat . Welcome Jam Gadang! The End
Ditulis Oleh Fadhlur R.A
Ditulis Oleh Fadhlur R.A
Perjalan Djahanam
Malam Yang diselimuti oleh kabut perbukitan
sewaktu acik menuju pusat kota dari
kampung nandamai, yaitu kampung kecil didaerah sijunjung, yang akrab dikenal
dengan masjid syuhada nan megah di tepi ruas lintas sumatera, yang sering
disinggahi oleh musyafir dalam perjalanan. Hiruk pikuk klakson pun menyembari
di tengah perjalan dalam mengendarai kuda besi ( kenderaan roda dua) untuk mencapai pusat kota. Seiring laju kenderaannya , terasa ada yang bergetar
di kantong kanan celana, membuatnya geli dan ingin melihat apa yang terjadi
didalamnya “alias ada sms masuk”. Seraya ia ingin menghentikan sejenak
perjalanan yang berada di tengah pesawangan nun sepi. Dengan rasa cemas
bercampur misteri, acik gegas memembukanya, pesan itu malah mengubah suasana
malam menjadi jahanam. Isi pesan tersebut “ maaf anda tidak diterima di
perusahan kami terimah kasih atas partisipanya dalam rekutment. TTd Panitia
Rekutment” sebelumnya ia yakin akan lulus ujian penerimaan untuk menjadi
karyawan diperusahan itu. karena berbagai usaha dan persiapan telah ia
lakukan.acik hanya bisa menerima kegagalan sehingga mengukir goresan dalam
qolbunya.
wahai tuhan yang maha agung apa ini jalan ku?
seiring acik dalam memejamkan mata
perjalanan kekotapun ia lanjutkan dengan
membawa Kekacauan dan kesedihan hatinya yang menemani dalam perjalanannya. Setiba
diperbatasan kota roda dan benen kenderaannya tak kuasa untuk melanjutkan
perjalanan “ pisssssss....” acik pun memeriksanya, ternyata sebuah paku telah
menusuk kulit sampai kepermukaan roda itu, “walah kualat, apakah saya telah
menzholimi orang tadi” kekacauan semakin menggores gores suasana malam.
Kenderaan roda duanya pun didorong sambil mencari bekel Tumbok ( bengkel tambal
ban ). Selama pencarian itu acik tak lepas dari kalimat “ apakah ini ujian
untuk hambamu,astaghfirullah, ampuni daku ya rob! Suasana malam pun semakin
dingin dan kabut perbukitan semakin tebal, jarak padanganpun terhambat. Langkah
demi langkah dengan hembusan napas kelelahan selama satu kilo berjalan kaki sambil
mendorong kuda besinya, bengkel tak juga kunjung ditemukan. Maka acik beristirahat untuk menghilangkan rasa keram
di kakinya di sebuah loneng ditepi jalan sambil melemaskan tubuh yang kaku. Selama
sepuluh menit istirahat, dan ia segera
melajutkan pencarian, hanya beberapa meter saja ia berjalan, terlihat di ujung
yang tertutupi oleh pagar rumah ada plang merek yang bertuliskan tambel ban
yang disinari oleh cahaya lampu nan redup. Langkah kaki dipercepat dan semangat
pun mulai muncul penuh dengan harapan supaya lepas dari segelintir penderitaan,
kenderaannya pun pulih, ia pun lekas untuk
melanjutkan perjalan ke kediaman kosan Nul (adik kandung acik yang masih
kuliah) sehingga ia tiba dikediaman Nul.tok tok.. aslamualaikum, mengetok pintu
kamar nul.nul pun terbangun dan segera membuka pintu, oh uda” jawab nya
mengantuk. Tanpa banyak basa basi acik masuk dan meletak kan tas hitam di
sebelah lemari reok, nul uda nak lalok” ujar nya sambil terbaring tubuhnya di atas
kasur hingga iapun tertidur pulas untuk melepaskan lelahnya
keesokan harinya ia pun kesiangan bangun dari tidurnya
matahari hampir ditengah atap rumahnya. Tepat waktu itu pada akhir bulan
September ia
tersudut bangun didalam kegelisahan yang
sangat membunuh dan hampir sirna semua bintang bintang ku. Seperti matahari
yang telah menertawakan ku . Hingga
berfikir tuhan tak adil, dunia itu status, kita lahir petaka, cinta itu
nafsu, pendidikan itu topeng, karena semua orang tidak bisa memahaminya,
termasuk orang tua yang ia cintai. Malah mereka menyalahkan dan menuding
dirinya seperti sampah kering dibasahi air yang membusuk ditengah iruk pikuk
pasar, karena orang tuanya yang terlalu memikirkan konsep hidup, status dan
adat yang menimbulkan kekhawatiran berlebihan yang menuju kelemahan. Dan
akhirnya acik lemah dan tidur dalam menyikapi hidup dan ia pulang kekampung
halamannya, hingga ia sering bermurung dan menekam diri sendiri dikamarnya
sampai terlintas dalam pikiranya kapan perjalan djahanam ini akan berakhir.
SANG GURU HONORER
Seling bergulirnya waktu sampai akhirnya acik
mendapatkan informasi pekerjaan sesuai dengan gelarnya sebagai seorang guru
bahasa inggris. Informasi ini ia dapat dari seorang temannya bahwa sebuah
sekolah swasta memerlukan guru bahasa inggris.
Temanya memebrikabar Lewat ponsel” aku dapat
informasi bahwa sekolah swasta yang ada di dekat daerahmu membuka lowongan
sebagai guru bahasa inggris coba dulu mungkin kamu tertarik.
Pungkas acik memberi ucapan “ terima kasih
teman. Kamu telah membangunkan aku dari tidurku karena aku hampir putus asa dam
perjalanan ini, Thanks alot bro”
Acikpun mempersiapkan berkas berkas lamarannya
hingga ia kirim langsung kesekolah yang ia tuju itu.
Seminggu kemudian acik dipanggil oleh ketua
yayasan sekaligus kepala sekolah. Acik bergegas berangkat pergi kesekolah
tersebut. Setiba disana acik bertemu dengan kepala sekolah tersebut dan kepala
itu, menyuruhnya besok untuk mulai bekerja sebagai guru bahasa inggris.
“ anda
diterima disekolah ini, besok anda boleh mengajar. Tapi disini gajinya sedikit
bagaimana dengan anda? Klo masalah Buku
buku referensi ada sama ibuk epi. Bisa diambil diperpustakan”
Dengan rasa tidak ada keraguan, masalah gaji itu nomor dua yang
penting status dan bisa membahagiakan orang tua dulu menjadi seorang guru tak
penting itu honer, itulah yang terpancar dalam pikiranya. acikpun langsung menyetujui
untuk mengajar disana.
Dengan bangga bercampur gembira, tak sabar
lagi untuk bertemu dengan kedua orang tuanya i. Beranjak ia dalam perjalanan
pulang sampai tiba dihalaman rumahnya ia tak peduli lagi motor dimatikan dan
langsung masuk rumah dan berbicara tentang berita gembira kepada kedua orang
tuanya.
“Mama papa aku diterima menjadi guru bahasa
inggris disekolah swasta itu”
“alhamdulih nak. Jadi guru adalah pekerjaan
yang mulia. Banggalah jadi guru. Kapan mulai mengajar? Ungkap mereka”
“langsung besok pa ma”
Orang tuanya dengan wajah bangga menyampiri
wajahnya yang diselimuti kegembiraan.
Malam pun tiba, hati tak sabar untuk
meyongsong esok pagi,untuk hari pertama mengajar dan yang lebih penting lagi ia
telah lepas dari sebuah kegelapan kegelapan djahanam dan terutama telah bisa
memberikan senyuman kepada orang tuanya.
Tibalah hari yang iya tunggu, pada pagi yang
dingin diselimuti embun Semangat dalam hidupnya. “I’m aTeacher mom” sautnya
sambil menenteng tas yang berisi buku bahasa inggris ke pada mamanya juga
seorang guru yang telah menjadi kepala sekolah dasar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar