Minggu, 09 Desember 2012

Dibalik Dipan Karyaku

Ngaspal Honda CB bak Kudo Gumarang

Brum brum ( suara motor),,,engkolan kaki  semangat  menyalakan mesin Honda CB,dan suaranya mengisi sudut halaman depan rumah,, perkikan suara CB nak berlari bak kudo Gumarang...tangan pun menggenggam gas dalam waktu nan renggang. Tepat pada pukul enam kurang, cuaca diselimuti awan hitam, menurut ramalan hari akan hujan, niat hati tak kunjung padam, dua sahabat pun langsung menunggangi CB, mereka itu Acik dan Punco,acik adalah seorang pemuda pengangguran yang begelar sarjana muda yang masih sibuk oleh penganggurannya, dan punco seorang mahasiswa baru tingakat dua bidang peternakan, sebenarnya mereka teman sebaya, karena acik duluan aja masuk universitas.
CB pun melaju melawan arah angin, dalam satu kilo perjalanan dengan riang dan gembira mengendarai CB, hujanpun turun sangat deras, butiran air membasahi sekujur tubuh kering mereka,punco yang duduk berboncengan dibelakang berteriak.
 “ baranti lu hujan labek,! cari tampek bataduah” 
Acik bersegera untuk mencari tempat berteduh, seiring jalanan yang tanjakan,CB tidak bisa melaju kencang, di ujung jalan sebelah pohon besar ada warung kopi, mereka pun lekas berteduh di warung itu. “ondeh.. basah sadualah nyo”.. acik mengeluh kebasahan dan sekilas pandangan matanyapun mengarah ke CB. Honda CB yang mengkilat sebelumnya menjadi kotor, ibarat permata dalam lumpur, yang dibasahi percikan tanah liat mencair oleh air hujan.
Sambil menunggu hujan reda, acik memesan kopi hitam, dan menghisap rokok sebatang, karena punco bukan perokok dan minum kopi, ia hanya duduk termenung menikmati irama lagu air hujan yang memukuli atap seng warung  itu. sembari menikmati hujan, acik memeriksa kantong  celananya, ternyata semua kantong pun kosong, kegelisahan tercermin dalam raut wajahnya.
“Alah.. ado lo nan tingga punco...piti den disaku sarawa ciek lai kironyo..”
“Baa lai cik.. piti den saratuih ribu ado nyo.. perjalan wak jauh , dan bisuak lo pulang” jawab punco dengan kesal
Hujan masih deras, kalau ditunggu entah kapan berhentinya, terngiang dalam pikirannya pilosopi minang “ mujur tak dapat diraih, malang tak dapat dihindari”tanggung basah basah , japuik lah, wak tunggu di siko’ ujar punco memberikan dorongan semangat maka timbulah inisiatif untuk menjemputnya pulang kerumah  dengan melalui hujan yang sangat deras bersama Honda CB, setiba dirumah acik langsung mengarok kantong celannya yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Ternyata isi kantong celana itu, hanya berisi uang 25 ribu . “rasanya tak cukup untuk pergi” ibarat jatuh ketiban tangga ujarnya dalam hati. Rasa ragu pun bergejolak dalam hatinya. namun ia yakin perjalanan dengan uang sebanyak itu aman karena punco mempunyai lebih dari yang ia miliki.

Acik lekas mengendarai CBnya balik ketempat tadi, karena punco sudah lama menunggunya. Raut wajah punco yang gelisah menyapa acik, “baa lai dapek?
Lai nco(sapaan singkat) tapi...
Tapi apo cik. Jan bagarah juo lai. Ujar punco penasaran
Tapi basarobok tingga 25 ribu.. baa lai du? Acik Dengan kecewa
Aman tu cik! Itu cukup untuk minyak pulang pergi. Hehehe “ sambil ketawa

Hujan pun reda. jajanan mereka cepat mereka bayar dan mereka telah ready untuk melanjuti perjalan ngaspal dengan Honda CB yang mereka kagumi,let’s go brada bukittinggi We Are Coming” sembari dengan Gembira berteriak dengan yel yelnya.
dalam pertengahan perjalanan punco mendengarkan suara misteris dari belakang, di sekitar perjalanan mereka hanya pesawangan yang sangat sepi, suara itu mirip dengan kenderaan teman mereka yang sangat kacau, jika mendekat, tak kuat telinga ini untuk mendengar,ingin pecah kendang telinga.suarua itu pun semakin dekat acik lekas menoleh ke kaca spion kanannya. dikaca itu berderet tiga cahanya lampu bulat mendekati motor mereka, dengan laju kencang, suara misterius pun terjawab, karena suara ini familiar dengan kuping mereka.
Punco segera mengeluarkan opininya tentang suara familiar itu. “firasat saya ini motor teman teman kita cik”
 Sia nco? Rasa nya bukan. Dengan rasa ragu  Acik cepat memotong perkataanya
Dari liat lampu itu.dan suaranya kayak motor Simidun, Kundo dan Acong. Mereka bertiga adalah teman ngaspal honda CB ( tour pake Honda CB) dan suka dengan benda kuno alias tempo doeloe. Simidun masih kuliah semester enam di ibu kota ,berbeda dengan Kundo dan Acong, masih semester dua di kabupaten.
Tit tit .... sembari klakson mendekati meraka, punco lekas menoleh kebelakang. “ walah .. kalian.. takajuik den, dengan kagetnya.
Kamaa? Serentak semuanya bertanya
Acik dengan cepat memberikan jawaban. Biasa dun.,,ngaspal tak tentu arah, sebenarnya mau ke bukittinggi ( kota yang terletak utara Provinsi sumatera barat.terkenal dengan wisata jam Gadang).waang kama yuang (panggilan untuk pemuda minang)? Balik tanya Acik.
Aden juo payi kasinan. Lah bajanji payi minggu kapatang samo kundo jo acong.
Yuk ngaspal, mumpung sama tujuan, lets go brada. Dengan sangat gembiranya punco berteriak
Yukkk. Dengan senang nya menambah laju keceptan motor mereka
Bum bum bum ( suara motor)..Jalanan pun ribut oleh kicauan Honda CB mereka, acik merasakan ia seperti raja jalan dan motornya bak kudo gumarang. Gagah, perkasa dan tak ada yang sehabat motornya, karena disetiap keramaian dalam menulusuri perkampungan, masyarakat menoleh ke arah mereka.Acik dan teman temannya menikmati perjalannya sambil meliahat klap kilp panorama lampu yang asri yang menemani mereka .  
Dalam kenikmatan dan kegagahan mereka yang sedang melaju kencang bersama CB yang diselimuti dinginnya malam, tak terasa sampai di ujung perjalanan,kira-kira 30 menit Mereka sampai di tujuan yaitunya jam gadang , dengan kurun waktu selama 3 jam perjalanan. “ sabanta lai kito sampai Brada” Seiring Punco berteriak ke arah Simidun dan Kundo.
Pret peret....bumm. prets sss
 dengan seling waktu 10 detik punco berteriak kegirangan, salah satu motor mereka ada yang mogok. Ternyata motor simidun rusak dan tak mau dinyalakan lagi. Semuanya menepi kebibir jalan, berhenti  untuk melihat apa yang terjadi dengan motor simidun , mereka terperonga kearah motor simidun, ia mencoba beberapa kali mengengkol motornya sampai ia muak untuk melakukannya. Acik dan Punco segera mendekati motor Simidun dengan niat hati nak menolongnya.       
Baa dun? Bia Acik yang engkol ,, dengan semangat
Acik sibuk dengan engkolannya , Punco pun sibuk untuk mencek pengapiannya.malahan Acong dan kundo hanya asik bercengkrama sambil duduk (dipendopo dekat tepi jalan itu)  tak sedikitpun niat nak menolong Simidun. Tapi acik dan punco tak menghiraukan mereka berdua .
 manga urang tu ? tanya simidun kesal melihat temannya acuh tak acuh dengan keadan motornya
“ bian se la dun.. rusak lo karojowak dek urang baduo tu” jawab tegas punco
dalam renggang waktu 20 menit Punco mendapatkan titik permasalahan motor itu. Simidun pun terasa lega karena motornya akan pulih kembali. Acik segera menghampiri ketempat acong dan kundo yang sedang sibuk dengan obrolannya.   Kemudian acik menegur mereka  berdua dengan nada suara rendah, sambil menawarkan sebungkus rokok.
Hmmm bulie gabuang,bantuak e lamak bana ota ko, ko rokok a., Palamk ota “ acik seyum”
Indak do bang... jawab Acong sambil balas senyuman.
Manga awak namo etu... urang bakarajo wak duduak se, kama raso jo pariso kalian?  tegas acik
Mereka berdua terdiam dan terkejut, sehingga tidak bisa menjawab, hanya dengan enggukan kepala saja.
Dalam hidup ko, awak mangarati kato raso jo pariso, maliek kawan sadang karajo  yo dibantu, paling tidak semampu awak. Namonyo bajalan jauh pasti ado kendala e,untuang dak tibo jo honda kalian, cubo kok tibo, lai bisa kalian manangguangnyo. Kok bisa Itupun berat dikarajoan,  dikehidupan ko ado muju jo ado malang, muju dak dapek diraih, malang tak dapek dihindarkan.ko kini contoh e, Nah didalam perjalannan kito ko yo harus batanamkan prinsip “kok barek samo dipiku kok ringan samo dijinjinang”.dengan wibawanya acik memberikan nasehat kepada mereka berdua.
Maaf kan kami bg” serentak menjawabnya
Yuk tancap gas, honda  Simidun lah sege nyo, hari lah jam 11 malam lo. Acik sambil ketawa ke arah punco
lets go brada’ punco dan Midun teriak dekat motornya.
Acik dan punco bersiul siul dan menyanyikan lagu’ persahabatan bagai kepompong,, , berubah ulat menjadi kupu kupu,,, nana, nana,sambil nyalakan mesin motor dan mereka ngaspal kembali .akhirnya mereka sampai ditujuan dengan selamat . Welcome Jam Gadang! The End
Ditulis Oleh Fadhlur R.A


Perjalan  Djahanam
Malam Yang diselimuti oleh kabut perbukitan sewaktu acik  menuju pusat kota dari kampung nandamai, yaitu kampung kecil didaerah sijunjung, yang akrab dikenal dengan masjid syuhada nan megah di tepi ruas lintas sumatera, yang sering disinggahi oleh musyafir dalam perjalanan. Hiruk pikuk klakson pun menyembari di tengah perjalan dalam mengendarai kuda besi ( kenderaan roda dua)  untuk mencapai pusat kota. Seiring  laju kenderaannya , terasa ada yang bergetar di kantong kanan celana, membuatnya geli dan ingin melihat apa yang terjadi didalamnya “alias ada sms masuk”. Seraya ia ingin menghentikan sejenak perjalanan yang berada di tengah pesawangan nun sepi. Dengan rasa cemas bercampur misteri, acik gegas memembukanya, pesan itu malah mengubah suasana malam menjadi jahanam. Isi pesan tersebut “ maaf anda tidak diterima di perusahan kami terimah kasih atas partisipanya dalam rekutment. TTd Panitia Rekutment” sebelumnya ia yakin akan lulus ujian penerimaan untuk menjadi karyawan diperusahan itu. karena berbagai usaha dan persiapan telah ia lakukan.acik hanya bisa menerima kegagalan sehingga mengukir goresan dalam qolbunya.
wahai tuhan yang maha agung apa ini jalan ku? seiring acik dalam memejamkan mata
perjalanan kekotapun ia lanjutkan dengan membawa Kekacauan dan kesedihan hatinya yang menemani dalam perjalanannya. Setiba diperbatasan kota roda dan benen kenderaannya tak kuasa untuk melanjutkan perjalanan “ pisssssss....” acik pun memeriksanya, ternyata sebuah paku telah menusuk kulit sampai kepermukaan roda itu, “walah kualat, apakah saya telah menzholimi orang tadi” kekacauan semakin menggores gores suasana malam. Kenderaan roda duanya pun didorong sambil mencari bekel Tumbok ( bengkel tambal ban ). Selama pencarian itu acik tak lepas dari kalimat “ apakah ini ujian untuk hambamu,astaghfirullah, ampuni daku ya rob! Suasana malam pun semakin dingin dan kabut perbukitan semakin tebal, jarak padanganpun terhambat. Langkah demi langkah dengan hembusan napas kelelahan selama satu kilo berjalan kaki sambil mendorong kuda besinya, bengkel tak juga kunjung ditemukan. Maka acik  beristirahat untuk menghilangkan rasa keram di kakinya di sebuah loneng ditepi jalan sambil melemaskan tubuh yang kaku. Selama sepuluh menit istirahat,  dan ia segera melajutkan pencarian, hanya beberapa meter saja ia berjalan, terlihat di ujung yang tertutupi oleh pagar rumah ada plang merek yang bertuliskan tambel ban yang disinari oleh cahaya lampu nan redup. Langkah kaki dipercepat dan semangat pun mulai muncul penuh dengan harapan supaya lepas dari segelintir penderitaan, kenderaannya pun pulih, ia pun lekas   untuk melanjutkan perjalan ke kediaman kosan Nul (adik kandung acik yang masih kuliah) sehingga ia tiba dikediaman Nul.tok tok.. aslamualaikum, mengetok pintu kamar nul.nul pun terbangun dan segera membuka pintu, oh uda” jawab nya mengantuk. Tanpa banyak basa basi acik masuk dan meletak kan tas hitam di sebelah lemari reok, nul uda nak lalok” ujar nya sambil terbaring tubuhnya di atas kasur hingga iapun tertidur pulas untuk melepaskan lelahnya
keesokan harinya ia pun kesiangan bangun dari tidurnya matahari hampir ditengah atap rumahnya. Tepat waktu itu pada akhir bulan September  ia tersudut bangun didalam  kegelisahan yang sangat membunuh dan hampir sirna semua bintang bintang ku. Seperti matahari yang telah menertawakan ku . Hingga  berfikir tuhan tak adil, dunia itu status, kita lahir petaka, cinta itu nafsu, pendidikan itu topeng, karena semua orang tidak bisa memahaminya, termasuk orang tua yang ia cintai. Malah mereka menyalahkan dan menuding dirinya seperti sampah kering dibasahi air yang membusuk ditengah iruk pikuk pasar, karena orang tuanya yang terlalu memikirkan konsep hidup, status dan adat yang menimbulkan kekhawatiran berlebihan yang menuju kelemahan. Dan akhirnya acik lemah dan tidur dalam menyikapi hidup dan ia pulang kekampung halamannya, hingga ia sering bermurung dan menekam diri sendiri dikamarnya sampai terlintas dalam pikiranya kapan perjalan djahanam ini akan berakhir.
 SANG GURU HONORER
Seling bergulirnya waktu sampai akhirnya acik mendapatkan informasi pekerjaan sesuai dengan gelarnya sebagai seorang guru bahasa inggris. Informasi ini ia dapat dari seorang temannya bahwa sebuah sekolah swasta memerlukan guru bahasa inggris.
Temanya memebrikabar Lewat ponsel” aku dapat informasi bahwa sekolah swasta yang ada di dekat daerahmu membuka lowongan sebagai guru bahasa inggris coba dulu mungkin kamu tertarik.
Pungkas acik memberi ucapan “ terima kasih teman. Kamu telah membangunkan aku dari tidurku karena aku hampir putus asa dam perjalanan ini, Thanks alot bro”
Acikpun mempersiapkan berkas berkas lamarannya hingga ia kirim langsung kesekolah yang ia tuju itu.
Seminggu kemudian acik dipanggil oleh ketua yayasan sekaligus kepala sekolah. Acik bergegas berangkat pergi kesekolah tersebut. Setiba disana acik bertemu dengan kepala sekolah tersebut dan kepala itu, menyuruhnya besok untuk mulai bekerja sebagai guru bahasa inggris.
 “ anda diterima disekolah ini, besok anda boleh mengajar. Tapi disini gajinya sedikit bagaimana dengan anda? Klo masalah  Buku buku referensi ada sama ibuk epi. Bisa diambil diperpustakan”
Dengan rasa tidak  ada keraguan, masalah gaji itu nomor dua yang penting status dan bisa membahagiakan orang tua dulu menjadi seorang guru tak penting itu honer, itulah yang terpancar dalam pikiranya. acikpun langsung menyetujui untuk mengajar disana.
Dengan bangga bercampur gembira, tak sabar lagi untuk bertemu dengan kedua orang tuanya i. Beranjak ia dalam perjalanan pulang sampai tiba dihalaman rumahnya ia tak peduli lagi motor dimatikan dan langsung masuk rumah dan berbicara tentang berita gembira kepada kedua orang tuanya.
“Mama papa aku diterima menjadi guru bahasa inggris disekolah swasta itu”
“alhamdulih nak. Jadi guru adalah pekerjaan yang mulia. Banggalah jadi guru. Kapan mulai mengajar? Ungkap mereka”
“langsung besok pa ma”
Orang tuanya dengan wajah bangga menyampiri wajahnya yang diselimuti kegembiraan.
Malam pun tiba, hati tak sabar untuk meyongsong esok pagi,untuk hari pertama mengajar dan yang lebih penting lagi ia telah lepas dari sebuah kegelapan kegelapan djahanam dan terutama telah bisa memberikan senyuman kepada orang tuanya.
Tibalah hari yang iya tunggu, pada pagi yang dingin diselimuti embun Semangat dalam hidupnya. “I’m aTeacher mom” sautnya sambil menenteng tas yang berisi buku bahasa inggris ke pada mamanya juga seorang guru yang telah menjadi kepala sekolah dasar negeri.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar