Selasa, 22 November 2011

Perjuangan Tiada Akhirnya “Papua Berkumandang”




Ketika bangsa ini dikerumuni oleh semua bentuk trouble sistematika hukum dan aturan pemerintahan yang carut marut dalam dekade ini,yang mempengaruhi semua aspek kehidupan baik dalam politik, ekonomi,dan pendidikan,yang dikemudikan oleh elit politik yang sebagian mereka mentuhankan kekuasan dan kekayaan, fakatanya semenjak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri sampai saat ini.
Negara tidak lepas dari belenggu rantai elit politik yang membodohkan dan memiskinkan rakyat ,kenyataannya Negara sibuk memperdebatkan kekacauan di pulau Papua, terlintas dalam pemikiran dan menimbulkan pertanyaan bodoh”apa sih hebatnya papua? Orang bilang Papua itu gunung emas dan jantungnya Negara “kenapa?”,karena Papua telah memperkaya sebagian elit politik maka Papua diibaratkan dengan gunung emas begitupun Papua bisa menutup sebagian hutang Negara maka  diistilahkan dengan jantung Negara oleh karna itu Papua telah mempertanyakan keberadannya di sorga NKRI
 Dalam hal itu masyarakat Papua juga mau berperan penting dalam pembangunan dan memperjuangkan Negara ini,dan ingin merasakan untuk memiliki Indonesia tetapi sebaliknya Indonesialah yang bisa merasakan memiliki Papua,ini sudah jelas Papua talah diperalat oleh segelintir yang tidak bertanggung jawab baik dari pemerintahan yang agung maupun dari elit politik yang terhormat,dalam hali ini Papua juga merasakan perbedan sosial dan politik,karena sebagian dari tokoh mereka tidak diikut serta dalam kabinet pemerintahan,kalau pun ada itu hanya satu atau dua,serta pendidikan tidak merata luas dan kesehatan yang sangat terbatas begitu juga dalam kesejahteraan rakyatnya yang dihadapi dengan berbagai konflik tungku dapur  yang bergejolak didalam freeport.
Meskipun begitu pemuda - pemudi Papua telah mengharumkan Negara Garuda  baik dari ajang olah raga maupun ilmu pengetahuan mereka tidak menghiraukan gelombang sunami politik.setidaknya pemerintah sadar dan bangun dari tidur yang bersandarkan alif yaitu ketuhanan yang maha esa,dan mengambil kebijakan cepat dan tepat,jangan sampai politik berbicara didalamnya yang  menimbulakan penyesatan,seandainya politik yang berbicara didalamnya sirnalah sudah NKRI ini,
Maka untuk memecahkan masalah ini, masyarakat hanya butuh keberanian seorang pemimpin yang mengutamakan keadilan dan berpondasi atas azas” pemimpin berdiri diatas semua golongan”,terkait juga dengan pilosofi seorang pemuda yang berbunyi “jangan disebut pemimpin kalau belum bisa merangkul,jangan dibilang berilmu belum bisa menunjuk,dan jangan di katakan pemuda kalau belum bisa bertepuk tangan .yang disebut pemimpin dalam artiannya bisa membawa semua rakyat kedalam kedamaian ,yang merangkul semua golongan dan tidak membedakan ras ,yang dibilang berilmu yaitu ilmu dan pengetahuanya bisa membuat sesuatu yang mengakibatkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan mencerdaskan diri sendiri,maka yang dikatakan pemuda adalah pemuda yang bisa berbuat untuk diri sendiri dan berbuat untuk orang lain.
Meyongsong dari kepemimpin saat ini yang sulit untuk memecahkan permasalahan dan terkilas dari itu mengambil dari sebuah cerita seorang kakek tua dengan secangkir kopi,dalam cerita itu kakek tua bertemu dengan seorang pemuda yang penuh dengan masalah di sebuah warung kopi,dan pemuda tersebut kelihatan murung,kakek tua itu langsung menyampirinya,”wahai anak muda,kamu terliahat di penuhi oleh masalah dan pikiran mu terbentur didalamnya”dan pemuda tersebut menjawab dengan enggukkan kepala saja tanpa mengeluarkan satu kata pun,dan pak tua mengambil sebuah gelas air dan mengambil segenggam garam,pak tua bertanya kepada pemuda itu”seandainya saya masukkan garam ini kedalam gelas yang berisi air putih ,apa yang terjadi”pemuda menjawab”airnya asin”dan kakek tua itu memberikan pertanyan lagi”apabila segenggam garam ini saya masukkan kedalam bak mandi apakah airnya juga asin?”pemuda itu menjawab”tidak”jadi dari kisah tadi bisa diambil intisari bahwa setiap manusia ditemukan oleh masalah,dan masalah itu jangan dipikirkan dalam pemikirin sendiri apalagi didalam wadah yang kecil,maka luaskanlah pikiran ,lapangkan dada untuk menyelesaikan masalah,ini disebut dengan istilah resonasi jiwa.sehubungan dengan itu bungkarno telah berkumandang dalam pidatonya yang berbunyi”perjuanganku memang berat karena aku melawan bangsa lain,tetapi untuk masa depan jauh lebih berat karena melawan bangsa sendiri”,dari pilosofi ini kita bisa menafsirkan bahawa penjajahan tidak akan berhenti, dan perjuangan tiada akhirnya.
Writer by: Fadhlur Rahman Ahsas
(Mahasiswa Bung Hatta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar