Dampak Pengaruh Islam dalam Kesussastraan Melayu
Sastra melayu .Dalam bahasa orang barat disebut mazhum dengan poetry dan mantsuur dengan prose atau prosa.Sastra adalah suatu bentuk apresiasi pemikiran yang mengimajinasikan perasaan berupa seni yang menimbulkan keindahan, mendapat kan beribu makna dan penafsiran maka terciptalah sebuah puisi atau sajak dan syai'r (penulis),maka di dalam syai’r melayu terdiri dari empat baris yang sama bunyi ujungnya dan sepuluh suku kata tiap barisnya,syai’r yang paling indah akan menimbulkan bunyi yang sama tiap huruf ujungnya.
“Fikirlah tuan dimasa kini
Banyak terguncang hati nurani
Berbuat jahat telah berani
Tidaklah lagi cara sembunyi”.
Adapun puisi tersebut dengan nazham yang berbentuk syai’r,nazham terdiri dari empat baris tetapi bilangan dari suku kata tidak tetap ke sepuluh suku kata dan akhir kalimat sama bunyi tetapi tidak sama urufnya
“Manalah saudara taulan dan sahabat
Bersama ini hamba kirim surat
Berisipengajaran bersama nasehat ,
Silahkan baca dengan cermat”.
Kadang kadang disusun orang sebagai pantun,dari empat baris yang sama ujung baris pertama dengan baris ke tiga dan baris ke dua dengan baris ke empat .misalnya yang disusun oleh Al-faqiir ini ketika dia masih muda(1937)dikutip dari majalah Panjimas No.206:
“mengapa begitu tuan memandang
Tajam nian sudut matamu,
Tergoreslah luka dihati dagang
Mustahil kita dapat bertemu”(Panjimas206).
Dari beberapa contoh syai’r tersebut maka tercipta Banyak ulama islam di nusantara ini memakai syai’r susunan cara sai’r Melayu dalam peperkembangan agama,adapun beberapa orang tokoh Islam dan sastrawan yang terkenal memakai syai’r nazham adalah Emha ainun Najib misalnya.
KITA MASUKI PASAR RIBA
Oleh :
Emha Ainun Najib
Kita pasar r iba
Medan perang keserakahan
Seperti ikan dalam air tenggelam
Tak bisa ambil jarak
Tak tahu langit
Ke kiri dosa ke kanan dusta
Bernapas air
Makan minum air
Darah riba mengalir
Kita masuki pasar riba
Menjual diri dan Tuhan
Untuk membeli hidup yang picisan
Telanjur jadi uang recehan
Dari putaran riba politik dan ekonomi
Sistem yang membunuh sebelum mati
Siapakah kita ?
Wajah tak menentu jenisnya
Tiap saat berganti nama
Tegantung kepentingannya apa
Tergantung rugi atu laba
Kita pilih kepada siapa tertawa
1987
(http://zhuldyn.wordpress.com)
Pandangan Sejarah . Dalam sejarah pada zaman kebesaran Aceh di pertengahan abad ke enam belas sampai penghujung abad ketujuh belas,ulama besar telah mengisi kesusasteraan melayu yang sangat kaya,pada umumnya mereka telah memperkaya kesusasteraan melayu dengan ajaran islam baik secara puitis atau secara prosa,meraka itu adalah Hamzah Fansuri,Nurdin Ar-Raniri,Samsuddin Samatrani,Abdur Rauf Fansuri dan masih banyak ulama terkenal lainya.dalam hal ini ahli – ahli sastra dari tanah Arab, Turki, Hindustan,dan Delhi pergi melancong ke Aceh,guna untuk memperkaya bahasa kesusasteraan dalam kesusatreraan Melayu,maka terjadilah penyalinan cerita – cerita kesusasteraan Melayu oleh bangsa Arab atau Persia,diantara salinan tersebut yang disadur dari cerita Melayu “Malim Dagang”dari Malaysia “Malim Deman”dan dari Minangkabau”Malim Dewa “ketiga cerita tersebut disadur dalam sebuah kisah 1001 malam,kisah itu menceritakan tentang seorang pangeran yang mencuri baju anak bidadari tujuh bersaudara yang turun mandi kehulu batang Muar.kitapun masih banyak bertemu dengan cerita melayu lainnya.
Pada abad kesembilan belas ,kekuatan bahasa dipegang oleh dua orang pujangga di tanah Melayu pada masa itu,mereka berdua tersebut adalah:Abdullah bin abdulkadir munsyi di Malaka dan Singapura(1796-1854) dan Raja Ali Haji (1809-1870)dia peratama ter kenal dengan usahanya menyusun tentang sejarah melayu.semua itu dipengaruhi oleh perkembangan islam untuk memperluas kesusasteraan Melayu.
Pengaruh Islam. Oleh karena itu pada abad ke duapuluh timbullah Gerakan Kaum Muda dalam Islam yang belajar di Mekkah dan Mesir dari pembaharuan ajaran yang di pelopori oleh Sayid Jamaluddin Al-Afgani dan Syekh Muhammad Abduh.Beberapa Ulama muda yang berfaham perbaharuan kembali ke mekkah dan dari mesir sekitar tahun 1904.mereka itu pembaca majalah Al-Mannar di Mesir
Dalam majalah itu mereka telah mulai mengeluarkan fikiran bebas dan merdeka.karena apabila jiwa telah bebas dari tradisi,tahkhayul dan khurafat yang sudah usang ,bahasa yang dipakaipun menjadi merdeka dan bebas tidak terhambat dalam satu pemikiran,diantara ulama muda tersebut turun ke Minangkabau adalah Syaikh Mohammad Jamil Jambek, Syaikh Abdullah Ahmad,dan Syaikh Abdulkarim Amrullah.mereka bertiga tersebut menyatakan fikiran bebas menantang ajaran-ajaran agama yang dipandang tidak ada dasar yang sahih dari Al-Qur’an dan Al-Hadits .lahirlah sebuah syair dalam salah satu nazhamnya yang bebunyi:
“abdulkarim negri danau
Sejak ‘li kecil hidup disurau
Serupa saja dengan dilepau
Petang dan pagi dimabuk gurau”
Pada waktu itu di minangkabau ada pertengkaran hebat tentang topi cepiu ,karena Ulama-Ulama tua menghukumkan haram memakai topi tersebut,dikarnakan topi tersebut berasal dari orang cina dan mereka tidak beragama muslim karena dangkalnya pemikiran ulama-ulama tua pada masa itu,maka lahirlah syai’r Abdulkarim Amrullah berbunyi:
“heranlah aku di kaum kuno
Menuduh orang kafir yang hina,
Karena bercipiau topinya china
Penangkis panas itulah guna”
Dampak. Dahulu belumlah sebanyak sekarang orang yang pandai membaca, bahkan sekarang tak ada satupun yang tidak bisa membaca dan malah mengerti dalam menggunakan komputer atau mengerti dengan dunia informatika pada dewasa ini,tetapi syai’r- syai’r dan karangan para ulama itu dalam bahasa melayu dibaca dengat sangat pengahayatan dan mendengar penuh perhatian,dikarnakan didalamnya berisi ilmu dan nasehat kehidupan,dan bahkan diiringi dendang gendang talam(dulang tembaga) yang sekarang disebut dengan kesenian salawat dulang,kesenian ini membuat warna baru dalam kehidupan masyarakat Minangkabau dalam penyampaian kajian atau dalam berdakwah, baik kajian agama maupun kajian sosial masarakat dengan memakai kata- kata kesusastraan Melayu dan diiringi dengan dendang talam yang sangat menghibur masyarakat Minangkabau sampai saat sekarang.Kesenian ini telah melahirkan seniman dan sastrawan melayu di masyarakat Minangkabau sendiri.
Maka Islam sangat berpengaruh dalam kesusasteraan Melayu dilihat dari kronologi sejarah yang telah terurai lebar.dan pengalaman para Ulama – Ulama dan cerdik atau tahu pandai dalam membicarakan tentang besarnya agama Islam dalam syai’r dan pantun,sebab pantun bukan bikinan sarjana ,bukan gubahan para ulama,bahkan sarjana dan Ulama sering kali menyatakan bahwa pantun tidak dapat di pergunakan untuk menguraikan sesuatu hal yang ilmiah.
Di tulis oleh :
Fadhlur .R.A
Mahasiswa Universitas Bng Hatta